Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Di Dermaga Pulau Nisa Bea

DI DERMAGA PULAU NISA BEA Ada seorang gadis bersendiri di atas dermaga Dia berdua dengan bayangannya Ditemani ombak dan angin sepoi-sepoi Laut tenang di malam yang lengang Hilir mudik nelayan di atas sampan menangkap cumi-cumi Dia menunggu perahu yang telah mengantarnya ke pulau Nisa Bea ini Baginya Pulau ini tak ubahnya bernama lain pulau penantian Seorang nakhkoda berjanji akan menjemputnya Namun hari semakin larut Nakhkodapun tak kunjung datang Berdiri dia di atas kebimbangan Oh ternyata dia baru sadar Pengantarnya tadi tidak menjemput Dia membiarkan dirinya tersesat Hingga dia sadar nakhkoda kapal tadi hanya singgah bertamu sebentar Tidak lebih dan tak kurang Tamu memang seperti itu, bukan? Datang dan pergi tanpa disengaja Dia datang dengan komitmen yang cepat namun inkonsisten tak mantap Dan juga belum yakin dengan perasaannya sendiri Mungkin saja kamu adalah pelarian dari perasaannya yang belum sempurn...

Camping di Nisa Bea

Sebuah pulau yang disebut Bea adalah surge yang tersembunyi di kabupaten Bima. Nisa dalam bahasa Bima jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti Pulau, Jadi Nisa Bea berarti Pulau Bea. Sebuah kosakate yang menggelitik naluri linguistic saya. Mengapa pulau dalam bahasa Bima dikatakan nisa? Nisa dalam bahasa arab jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti perempuan. Perempuan dalam budaya Bima diibaratkan ladang. Sebuah wadah yang digunakan untuk menyimpan bibit. Dalam budaya Bima ketika prosesi pernikahanpun filosofi ini juga terinternalisasi dalam prosesi sacral ini. Ditandai dengan laki-laki membawa rumah panggung dan isi-isinya termasuk padi, kelapa, beras, make up, peralatan dapur, perlengkapan ruang tamu dan bahkan peralatan baju perempuan dan perempuan menyediakan tanah guna menampung rumah panggung yang dibawa mempelai laki-laki. Itulah mengapa dalam tatanan sosial, keluarga perempuan atau perempuan itu sendiri sudah selayaknya menghormati keluarga laki-laki dan l...

Mendengar Ocehan Ibu

Mendengar Ocehan Ibu Sepeninggalan ayah, Ibu adalah orang yang setia menantimu pulang. Kau hanya pulang ke rumah sesekali saja. ketika libur lebaran, ketika cuti tahunan, ketika libur tahun baru dan ketika kau merasa bosan dengan hingar bigar dunia perantauan. Kau tak berani berucap selamat tinggal atau bercipika-cipiki panjang lebar ketika hendak pamit balik keperantauan. Sebab mata ibu menjelaskan lebih gamblang dengan tatapannya. Sering kali kau tak mendengar ocehan ibu. Karena ocehannya kalau tidak basi paling menceritakan tetek bengek tetangga dan kegaduhan gang samping rumah sore tadi. Sesekali ibu menegurmu karena tak acuh mendengar ocehannya. Sering kali kau timpali “ah sudahlah jangan sering membicarakan orang lain” namun tak kalah sengit menimpali “kau harus mendengarkan kata orang tua”. Lagi-lagi kau membalas “kalau itu menceritakan kejelakan orang lain berulang-ulang dan tidak ada ibrahnya buat apa bu?”. Lalu kalian berakhir membatu. Diam seribu bahasa. Sunyi meny...

#5 Movie Review “The Sinking of Van Der Wijck”

In Batavia, Zainuddin had written several books went viral. His books always be missed and expected by the reader and viewers. His fans more and more addicted by the plot of his story. His presence on the writing sphere had brought new style of writing novel in the era. His new book such as “teroesir” hit the media and was published several times in short time. Hayati enjoyed her new life as a wife. She used to alone while her husband out. Her husband has her excuse to go out because he said he was going to see client. Hayati dinner alone, bath alone, and all alone while her husband hideously playing in bar with several women. On the other hand, Zainuddin was striving to pursue his career. One day hayati’s friend visited her. They had little chat, while they were chatting. Ida remembered that she had new roman. She showed the novel to hayati. Ida said, the story was very intrigued and very sad, very good and it was like the story between hayati and Zainuddin real life. Hay...

#4 Movie Review “The Sinking of Van Der Wijck”

In kampong Batipuh, Hayati opened the window while her ninik started to discuss concerning hayati’s life. Elders were discussing two persons were going to proposing hayati, they were zainuddin and aziz. Zainuddin sent a letter of proposal and Aziz sent his representative to propose hayati. Elder ninik opened the meeting by saying God Sake and the matters were going to discuss. Younger heard and gave comment yet the elder still operating and covering the discussion till the end. If the younger gave a comment they clashed it directly saying that younger less experience and not really competent in life, though they were immature yet. Elder knew best and more how life was going on. Mak interupeted the speech by saying hayati’s love to Zainuddin “cinta hayati’s still lakke to zainuddin” thought hayati argued then hayati gave up her love to zainuddin. End of the meeting floor were decided they were going to accept Aziz’s proposal instead of Zainuddin’s proposal.   This scene cl...

#3 Movie Review “The Sinking of Van Der Wicjk”

It was early 2014, my friend showed me the movie. I knew that movie yet I didn’t really pay attention. Then we watched it, guess what?. We dropped our tear along the movie was displayed. Back several years, I had written the synopsis righrt?, scroll down my blog and check it out. I wrote “movie review: the sinking of van der wijck” yet it was not the review. LOL, haha. It was the synopsis. Well, here is the real riview based on my point of view as the viewer. The sinking of van der wijck is the phenomenon novel was written by Buya Hamka. He was the legend of Islamic romance novel in Balai Pustaka Era. His master piece was not only this novel yet an enormous had been published in several languages. His style and satire was considerably unique and depicted Malay culture very well. Well, let start with the first scene in the movie. There is a woman speaks Buginese namely Mak Basse, nanny of Zainuddin. Zainuddin was the son of Daeng Habibah, it was not mentioned whethe...

Memilih-Dipilih

Memilih-Dipilih Pada awalnya, seorang perempuan kelihatan memilih laki-laki yang akan menghampiri dalam hidupnya. Jika cocok dia berharap laki-laki itu, sungguh-sungguh akan bisa menetap dalam hidupnya. Namun semua ternyata dijawab oleh waktu. Saya tidak bisa menggambarkan bagaimana hubungan bisa berjalan hingga sampai pada sebuah keputusan bisa menetap. Pertama, karena saya bukan laki-laki. Kedua, karena saya bukan orang yang sukses dalam dunia per-pacaran. Ketiga, karena saya melihat hubungan dibangun dengan cara yang berbeda. Berbeda dari teman-teman yang kebanyakan mereka menjalani pacaran, yakni ta’aruf. Dunia jodoh, nikah, dan timing kapan menikah selalu menjadi bahan perbincangan hangat bagi yang belum menikah. Karena masih menjadi tanda tanya dan rahasia yang masih belum terpecahkan. Ada banyak spekulasi dan pendapat-pendapat yang berbeda dari mereka yang belum menggenap. Beberapa orang mengatakan perempuan tidak memilih, tetapi dia dipilih. Dipilih oleh laki-laki....

KEPASTIAN

Kepastian Ditempuh dengan cara pacaran atau ta’aruf, perempuan butuh kepastian. Kepastian, kapan datang membawa diri dan keluarga ke rumah. Kepastian kapan tanggal pernikahan. Selain itu, kepastian komitmen kapan dan bagaimana kehidupan rumah tangga ini dibawa. Ibarat sebuah kapal yang akan berlayar. Komitmen untuk mencapai dermaga selanjutnya adalah prasyarat utama. Tidak mungkin sebuah kapal berlayar tanpa tujuan bukan?. Pertanyaan selanjutnya. Kearah mana nahkhoda (suami) kapal berlayar?. Agar anak buah kapal (istri) bisa berinterkasi dengan ritme nakhkoda (suami) mengemudikan kapal. Bukankah pernikahan itu proses interaksi nakhkoda kapal (suami) dan anak buah kapal (istri) agar kapal  yang sedang berlayar sampai ke dermaga tujuan?. Agar tidak oleng jika ada angin kencang atau tidak tenggelam jika ada gelombang besar. Karena kehidupan rumah tangga adalah sasaran empuk yang bernama bangsa iblis dari kalangan manusia dan jin untuk ditumbangkan. Sebagaimana mahsyur dala...