Langsung ke konten utama

produksi ujaran proses yang rumit hasil yang kelihatan 'biasa'

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Ujaran merupakan pembahasan yang melibatkan proses pikiran dan rangkaian kata yang kompleks. Dari ujaran ang dituturkan oleh pembicara kita dapa mellihat keadaan psikologi pembicara melalui kata-kata yang dia ucapakn dan cara dia mengucapkan. Pembahasan ini sangat penting dalam mendikung dunia pengajaran dan interkasi antara guru dan muridnya maupun lawan tutur secara umum. Melihat bahwa ilmu psikoliguistik sangat bermanfaat bagi pengajaran bahasa dan makrolinguistik secara umum.  

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Proses terjadinya produksi Ujaran

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui proses terjadinya produksi ujaran
2. Mengetahui urutan yang tepat manakah yang lebih dahulu dari ketiga topik yang sedang dibahas, persepsi, pemahaman dan ujaran. 
3. Menguraikan proses terjadinya produksi ujaran


BAB II
Bagaimana Manusia Memproduksi Ujaran dan Kalimat

A. PRODUKSI UJARAN

1. Langkah umum dalam memproduksi ujaran

Proses dalam memproduksi ujaran dapat dibagi menjadi empat tingkat:
1. Tingkat pesan (message), dimana pesan yang akan disampaikan diproses
2. Tingkat fungsional, dimana bentuk leksikal dipilih lalu diberi peran dan fungsi sintaktik,
3. Tingkat posisional, di mana konstituen dibentuk dan afiksasi dilakukan
4. Tingkat fonologi, dimana struktur bunyi ujaran itu diwujudkan























2. RINCIAN PRODUKSI UJARAN
Telah digambarkan pada bagan diatas bahwa dalam proses bahwa dalam proses memproduksi ujaran orang mulai dari perencanaan mengenai topik yang akan diujarkan, kemudian turun kekalimat yang akan dipakai, dan turun lagi ke konstituen yang akan dipilih. Setelah itu barulah dia masuk ke pelaksanaan dari yang akan diujarkan. Ini mencakup rencana artikulasi dan bagaimana mengartikulasikannya. Prosedur ini (Clark dan Clark 1977: 223-258) dapat diwujudkan dalam skema berikut :

a. wacana
Perencanaan b. kalimat
c. konstituen
Produksi 
a. program artikulasi
Pelaksanaan
b. artikulasi
2.1 perencanaan produksi wacana
Umumnya wacana dibagi menjadi dua, yakni monolog dan dialog. Dari leksikal katanya dapat diketahui bahwa kedua wacana ini dibedak oleh ada tidaknya interaksi antara pembicara dan orang yang diajak berbicara. Pada wacana monolog, pembicara hanya sendirian. Sementara pada wacana dialog, pembicara dan orang yang diajak bicara, interluokutor berperan aktif dalam kegiatan dialog.
1. Wacana dialog
H. Clark menganggap wacana dialog sebagai Joint activity (1994 :994) 
a. unsusr personalia (personnel)
  Harus ada dua partisipen yakni pembicar dan interlokutor (orang yang diajak bicara). Tidak mustahil pula adanya pendengar (side participents), yakni orang lain yang bisa juga ikut serta dalam pembicaraan itu. 
  Personalia juga dapat mencakup bystanders, yakni participant yang mempunyai akses terhadap apa yang dibicarakan oleh pembicara dan interlokutor dan kehadirannya diakui.
  Penguping (eavesdropper), yakni partisipan yang juga mempunyai akses terhadap percakapan itu tetapi kehadirannya tidak diakui –artinya, bisa saja ia ada di kamar sebelah tetapi mendengar percakapan tersebut.
Clark menggambarkannya sbb:












 


b. unsur latar bersama
Konsep “latar bersama” merujuk kepada anggapan bahwa, baik pembicara maupun interlokutor sama-sama memiliki pra-suposisi dan pengetahuan yang sama. Kesamaan dalam pengetahuan inilah yang dinamakan latar berasama (Common ground). Proses untuk mencapai latar bersama dinamakan perlataran (grounding)
c. unsur perbuatan bersama
yang dimaksud dengan perbuatan bersama atau joint action adalah bahwa baik pembicara maupun interlokutornya melakukan perbuatan yang pada dasarnya mempunyai aturan yang mereka ketahui bersama.
d. unsur kontribusi.
Kontribusi umumnya mempunyai dua tahap
  tahap presentasi dimana pembicara menyampaikan sesuatu untuk difahami oleh interlokutor 
  tahap pemahaman (acceptance) dimana interlokutor telah memahami apa yang telah disampaikan oleh pembicara. 
suatu percakapan hanya akan  dapat berlanjut bila dua perlataran diatas terbentuk. Perlataran jug atumbuh secara akumulatif, artinya, perlataran itu berkembang (dan bisa juga berubah) dari satu kaimat ke kalimta yang lain, tergantung pada isi pembicaraan suatu percakapan bisa mulia dengan perlataran A (sakitnya seseorang) kemudian pindah ke perlataran B (harga obat yang mahal), dan kemudian ke C (repotnya memakai ASKES).
e. struktur percakapan
Guy Cook dalam bukunya discourse analysis, dia menawarkan istilah yang disebut dengan Turn Taking mechanism ‘mekanisme pengambil alihan giliran dalam percakapan oleh pembicara dan orang yang diajak bicara’.  Hubungannya dengan pembahasan pada bagian ini adalah tidak mungkin dalam proses kegiatan percakapan kita mengeluarkan dan merespon kalimat dari lawan tutur kita tanpa ada aturan yang jelas. Secara sepintas orang mengira bahwa suatu percakapan adalah perbuatan verbal yang spontan keluar begitu saja pada waktu berbicara, tanpa adanya aturan. Jika tidak ada aturan yang jelas maka dapat dibayangkan terjadi “tabrakan-tabrakan” dalam percakapan.
  Ada beberapa istilah yang diperkenalkan oleh beberapa ahli yakni “overlap” yakni ‘pembicara A dan B sedang melakukan dialog. A sedang berbicara, dan B juga berbicara pad awaktu bersamaan dengan waktu si A berbicara.
  Interupt ketika pembicara A berbicara interlokutor B memotong pembicara A lalu pembicara A diam ketika pembicara B memotong.
Pada kenyataannya kita lihat atau lakukan bahwa hal seperti “tabrakan tidak terjadi” namun yang serng terjaid adalah overlap dan interupt tadi.
Dalam hal menuggu giliran berbicara, misalnya, kita juga tidak boleh terlalu cepat merespon kalimat dari lawan bicara kita. Sebaliknya kita juag tidak boleh diam lebih lama dari yang normal. Berapa lama persisnya celah waktu itu belum dapa dipastikan, tetapi penelitian Beattie dan Bardnard (1979 :213-229) menemukan bahwa jarak antara pembicara berhenti dan interlokutor menjawab atau menanggapi adalah 0,2 detik (dalam H. Clark 1994 :996). Lebih pendek dari itu berarti interlokutor merespon terlalu cepat; lebih lama dari itu bisa mengakibatkan kesenyapan yang menimbulkan hal-hal tertentu. Kita bisa mengira interlokutor tadi tidak memahami ucapan kita; dia juga bisa memikirkan terlalu lama untuk menjawab; atau, pembicara, atau orang ketiga, mengambil alih giliran bicara.
Dengan demikian aturan mengenai giliran bicara itu adalah:
a. giliran berikut adalah pada yang diajak bicara
b. giliran berikut adalah pada siapa pun yang angkat bicara
c. giliran berikut kembali kepada pembicara, bila tidak ada orang lain yang berbicara.

2. Wacana Monolog

Umumnya hanya ada satu partisipan, orang yang berbicara atau orang yang menulis itu sendiri. Tentu tidak memiliki aturan yang sama dengan dialog. Pada monolog orang umunya mengikuti pola naraasi tertentu. Dari segi informasi yang akan diberikan, orang memilah-milah mana yang layak dimasukkan dan mana yang tidak. Mementukkan sedetail mana kita akan menggatakan apa yang ingin kita katakan. Misalnya ketika kita dipersilahkan untuk berpidato atau presentasi maka ada dau hal yang harus diperhatikan. Pertama, jumlah waktu yang disediakan ketika kita dipersilahkan untuk berpidato atau presentasi. Kedua, tingkat pemahaman audiens terhadap materi yang sedang dibahas. Ketiga urutan penyajian, biasanya dalam ilmu sastra seorang penulis novel atau short story membagi plot tulisan kedalam lima baggian yakni “beginning, raise, klimaks, anti klimaks, falling, ending”

a.perencanaan produksi kalimat.
Setelah mengetahui apa yang akan ingin kita katakan, maka sampailah kita pada perencanaan produksi kalimat.
a.1. muatan proposisional (propotitional content) menentukkan proposisi apa yang ingin dinyatakan,  dalam proses ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
1. pemilihan peristiwa atau keadaan.
Pemilihan kata yang hati-hati
Tidak mengatakan “the sheriff here is not a man” tapi mengatakan “the sheriff here is woman”.

a.2. Muatan ilukusioner (Illocutioner content)
Setelah muatan preposisionalnya ditentukan, pembicara menentukan muatan ilukusionernya, yakni makna yang disampaikan itu akan diwujudkan dalam kalimat seperti apa. Pada tahap ini peran tindak ujaran muncul. Suatu maksud dapat dinyatakan dengan kalimat representatif atau kalimat direktif.
a.3 struktur tematik
struktur tematik berkaitan dengan penentuan berbagai unsur dalam kaitannya dengan fungsi gramatikal atau semantik dalam kalimat. Pembicara menentukkan mana yang dijadikan subjek dan mana yan dijadikan objek. Pemilihan ini akan menetukkan apakah kalimat yang diujarkan itu aktif atau pasif.

2.3 Perencanaan produksi konstituen
Perencanaan produksi konstituen bergantung pada pandangan penutur terhadap orang ketiga atau lawan tuturnya. Misalnya :
Pandangan positif “si jenius datang”
Pandangan negative “si tolol datang” 
1. perencanaan kata (pemilihan kata yang tepat, meliputi pemilihan verba)
2. konteks kalimat  (pemilihan kata itu atau tidak dalam kalimat dipengaruhi oleh beberapa asumsi dan pengetahuan pembicara)
3. pemilihan kata kadang-kadang ditentukan oleh prinsip-prinsip keberbedaan (distinguishability principle). Bila ada dua referen atau lebih yang wujud fisiknya berbeda, maka kita akan memilih kata yang fitur semantiknya membedakan kedua benda itu. (Clark dan Clark 1977: 251)
contoh 
a. dia pergi ke kamar dan diambilnya botol itu
b. dia pergi ke kamar dan diambilnya sebuah botol.
4. pemilihan kata yang memiliki yang memiliki derajat kemanfaatan yang optimal (optimal level of utility), kecuali ada tujuan khusu stertentu
misalnya : seorang meilhat herder kemudian berkata, “duh cakep benar binatang itu”
5. pemilihan kata ganti pronomina perlu mendapat perhatian, fitur umum bahasa dunia dengan fitur pronomina [ +hormat] dan [+akrab]
6. faktor sosial, kekerabatan umur dapat dinihilkan oleh faktor keakraban. Namun di budaya timur pernyataan ini tidak sepenuhnya diterima.
7. Beberapa bahasa yang memiliki sistem honorifik, rasa hormat tidak hanya diwujudkan pada kata ganti pronomina saja, tetapi juga pada kata verba atau kata-kata lain   

HUBUNGAN ANTARA KOMPREHENSI DAN PRODUKSI

Orang dapat meretrif kata hanya bila dia telah menyimpan kata itu dalam memori dia sebelumnya. Dengan kata lain, suatu kata dapat diproduksi hanya bila telah ada komprehensi sebelumnya. Sehingga masalah produksi tidak dapat dilepaskan dari komprehensi.

Macam-macam memori menurut Chafe











Produksi merupakan cermin balik dari komprehensi dengan tambahan proses-proses tertentu. Pada komprehensi orang menerima input untuk kemudian disimpan kembali dalam memori. Pada produksi kata yang tersimpan itu dicari kembali untuk kemudian diujarkan. Untuk mencari kata itu tentunya diperlukan proses eliminative dengan memanfaatkan fitur-ftur yang ada pada kata itu, baik fitur sintaksik, semantic maupun fonologis.
BAB III
KESIMPULAN
Akan disajikan setelah diskusi telah dilkukan didepan kelas.
A. Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik, Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Cook, Guy. ... . Discourse Analysis for Language Teacher. ... . ... .  
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. PSIKOLINGUISTIK PENGANTAR PEMAHAMAN BAHASA MANUSIA. Jakarta: Buku Obor.
Hurdford, James R. 1983. Semantics : a coursebook. Cambridge. Cambridge University Press.
Arifuddin. 2010. Neuropsikolinguistik. Jakarta: Rajawali Pers.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masya Allah, Anak yatim jadi Anggota Polri di POLDA NTB.

  Waktu kecil, sekitar umur lima tahun. Dia sering mengantar donat jualan ibunya ke beberapa warung di kampung halamannya tinggal, desa Ncera. Mengayuh sepeda pink tua dan reot pemberian dari kakak pertamanya. Masa kecilnya dia lalui dengan penuh keceriaan bersama teman-teman sebayanya. Dia bersama temannya terbiasa membantu orang tua di sawah dan sesekali membersihkan ladang. Jika sore dan lowong, mereka berenang di embung Ncera dan memancing ikan. Jika musim tertentu mereka mengumpulkan   kemiri dan memetik jambu biji. Di hari minggu dia terbiasa jogging atau camping di dekat air terjun desa Kalemba. Dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang menyenangi pendidikan, itulah Akbar Putra. Nama pemberian ayahnya, berharap suatu saat anak laki-laki satu-satunya bisa mengayomi keluarga dan orang-orang yang sedang membutuhkan. Ayahnya menekankan dalam perilaku kesehariannya, pendidikan adalah investasi utama. Walaupun baju kita biasa saja; tak masalah.   ...

TRY AND NEVER GIVE UP

MORATORIUM Moratorium yang biasa dikenal dalam masyarakat awam adalah pemberhentian sementara jatah penerimaan CPNS oleh pemerintah, seperti yang pernah terjadi ditahun 2011 hingga 2013 kemarin. Any comment?. Rumor   mengatakan bahwa pemerintah akan kembali melakukan moratorium ditahun 2015 ini kecuali untuk guru dan tenaga kesehatan. Ini dilakukan untuk menghemat anggaran Negara, Allohu’alam. Please confirm those. Sobat muda apa yang akan kalian lakukan jika demikian keadaannya? Saya berencana dari awal akan membuka usaha namun sayangnya saya pribadi terkendala modal. Untuk membuka usaha bisnis dibutuhkan modal dan konsistensi, saya pernah membuat usaha kecil-kecilan seperti tas dan foot loose hasil rajutan. Ini memang sangat bermanfaat untuk menambal kebutuhan ekonomi yang ringan namun masih terbilang kurang jika kita ingin menabung uang hasil usaha itu.             Saya punya tawaran yang menarik bagi teman-teman ya...