Memilih-Dipilih
Pada awalnya, seorang perempuan kelihatan memilih
laki-laki yang akan menghampiri dalam hidupnya. Jika cocok dia berharap
laki-laki itu, sungguh-sungguh akan bisa menetap dalam hidupnya. Namun semua
ternyata dijawab oleh waktu. Saya tidak bisa menggambarkan bagaimana hubungan
bisa berjalan hingga sampai pada sebuah keputusan bisa menetap. Pertama, karena
saya bukan laki-laki. Kedua, karena saya bukan orang yang sukses dalam dunia
per-pacaran. Ketiga, karena saya melihat hubungan dibangun dengan cara yang
berbeda. Berbeda dari teman-teman yang kebanyakan mereka menjalani pacaran,
yakni ta’aruf. Dunia jodoh, nikah, dan timing kapan menikah selalu
menjadi bahan perbincangan hangat bagi yang belum menikah. Karena masih menjadi
tanda tanya dan rahasia yang masih belum terpecahkan. Ada banyak spekulasi dan
pendapat-pendapat yang berbeda dari mereka yang belum menggenap.
Beberapa orang mengatakan perempuan tidak memilih,
tetapi dia dipilih. Dipilih oleh laki-laki. Dipilihkan oleh orang tuanya jodoh.
Dipilihkan oleh teman, guru, dan mungkin juga lingkungan kerjanya jodoh. Namun
beberapa lagi mengatakan, perempuan bisa memilih jodohnya sendiri. Memilih
siapa yang dia pertahankan atau lepaskan.
Setelah berjalannya waktu dan berlalunya waktu dari masa ke masa.
Sampailah pada sebuah simpulan bahwa ditempuh dengan cara ta’aruf atau pacaran
semua harus diperjuangkan. Jika telah pacaran dan telah merasa cocok. Langkah
selanjutnya adalah dihalalkan atau tidak. Asumsi bahwa pacaran perlu untuk
saling mengenal pun diuji. Apakah pacaran bertahun-tahun lalu menikah
benar-benar sebuah solusi?. Pun sebaliknya, sebuah proses yang bernama ta’aruf
dengan cara meminta bantuan perantara atau orang yang menghubungkan laki-laki
dan perempuan yang akan menikah benar-benar diuji. Saya pribadi tidak tahu,
sejauh mana seorang perantara bisa dipercaya jika perantara itu adalah teman
kita yang level keimanannya masih sholat senin kamis. Alias tidak amanah.
Sejauh pengalaman mereka yang telah berhasil,
perantara yang paling aman adalah guru ngaji yang bisa dipercaya dan orang tua
kita sendiri. Alias jika laki-laki tersebut benar-benar gentle ingin melamar
gadis yang dia inginkan adalah mendekati ibu atau wali perempuan tersebut.
Tentu perempuan itu adalah perempuan yang beruntung jika laki-laki tersebut
menempuh cara kedua. Yakni langsung mengutarakan niat ke orang tua perempuan
itu. Akankah laki-laki itu berhasil?. Tentu perempuan akan melihat kesungguhan
niat laki-laki tesebut dari usaha yang dia tempuh. Itulah mengapa pada titik
ini saya melihat, laki-laki memilih bertahan dan perempuan dipilih untuk
dipertahankan. Jadi simpulan yang ingin saa utarakan disini adalah jika sperma
mengejar ovum dalam rahim perempuan maka mungkin seperti itu jadinya dala hidup
ini sunatullah berjalan. Kebanyakan dari perempuan dipilih untuk dipertahankan
walau pada awalnya perempuan bisa memilih imam sholeh yang bisa mengimaminya
dengan harapan kesholehannya membuat ia mendidik sholehah agar bisa
dipertahankan. Saya tidak men-general-isir semua keadaan. Tetapi rata-rata.
Rata-rata perempuan menunggu, bukan mencari. Jadi dipilih atau memilih bagi
saya, lebih baik dipilih oleh laki-laki yang sholeh karena diharapkan dengan
kesholehannya dia bisa memuliakan dan tidak menghinakan. Jadi siapa pemilih
sejati atau the real picky? Laki-laki!
Cara yang terbaik kini yakni mensyukuri setiap
keputusan yang kita ambil. Jika ada yang bertanya
“kapan nikah?”
“doakan ya tante, bu, nenek, supaya yang sholeh ke
rumah dan yang salah menjauh”
Sumbawa,
29 juni 2019
Komentar
Posting Komentar