24/07/2019
YA AMPUN I have written this since a year ago and I just open it to uploda it
#Part I
Awal sejarah sultan
Hasanudin dalam buku karya Sagimun M.D. dimulai dengan penjabaran masuknya
Islam di Tanah Sulawesi Selatan. Tiga penyebar agama islam yang utama adalah
“Dato ri Bandang”, Dato ri Patimang, Dato ri Patimang. Tiga urutan ini dimulai
dari yang paling tua dan disegani. (30)
Sejak saat itu system
kerajaan berubah menjadi kesultanan. Sultan pertama bernama asli “Karaeng
Mattoaya” (Raja Tallo) beliau masuk islam pada 1014 Hijriah bertepatan dengan
22 setember 1605. Sultan Abdullah Awwalul Islam adalah nama islamnya, beliau
terkenal taat agama. Wafat pada 10 Oktober 1636 di Tallo dengan julukan
“Tumenanga ri agamana” orang yang wafat dalam agamanya. Tumenanga ri tappana
orang yang wafat dalam kepercayaannya. Dalam naskah sejarah keraaan Gowa-Tallo.
Raja Tallo merangkap sebagai Tummabicara Butta, bertugas sebagai mabbaligau
artinya membantu Raja Gowa. Raja-Raja Tallo selalu menjadi Balligau Raja Gowa
atau dikenal dengan istilah Patih Raja Gowa.
Sultan Abdullah awwalul islam
berjasa mengajak kemenakannya yakni Raja Gowa XIV masuk islam dan berubah nama
menjadi Sultan Alauddin. Pada saat itu, Islam menjadi agama resmi di
wilayah-wilayah kekuasaan kerajaan Gowa. Sholat jumat pertama dilaksanakan di
Tallo pada 9 November 1607 M atau bertepatan dengan 19 Rajab 1016 H.
Sebelum adanya system
kerajaan, terdapat Sembilan kepala suku yang masing-masing dari mereka tidak
ada yang ingin diangkat menjadi Raja. Hingga suatu ketika, tersiar kabar ada
seorang bidadari turun dari langit di tanah Gowa. Wanita itu cantik nan jelita
duduk di atas batu. Wanita itu menjadi raja yang terkenal dengan sebutan
Tumanurung atau yang turun dari langit. Suaminya dikenal dengan karaeng Bayo.
Raja I adalah perempuan yang dikabarkan turun dari langit dengan sebutan
tumanurung.
Wanita itulah yang diangkat
menjadi pemimpin dan suaminya adalah Patihnya. Sehingga sepakatlah Sembilan
kepada suku atau gallarang dan karaeng ini mengangkat perempuan tadi menjadi
pemimpin.
Terjadi kesepakatan antara
Sembilan kepala suku tersebut dan suami dari Ratu tersebut. Kesepakatan ini pun
dipisahkan menjadi dua kesepakatan yang diterima oleh rakyat Gowa dan kepala
suku tersebut. Jadi kesepakatan antara ratu dan rakyat dan kesepakatan antara
ratu dan Sembilan gallarang dan karaeng. Orang yang berperan dibalik
kesepakatan yang dibuat Ratu dan pemegang utama tambuk pemerintahan sebenarnya
adalah suami ratu.
Seiring tambuk pemerintahan
dijalankan turun temurun, pada tambuk pemerintahan kerajaan berikutnya selalu
dijalankan oleh raja yang menjadi keturunan dari ratu pertama. Sifat kekuasaan
raja menjadi absolut. Hal ini terlihat dari bahasa Makassar yang artinya raja
yang disembah. Hal ini terlihat dari perkataan Raja Gowa dalam bahasa Makassar yang artinya “saya bersabda
kalian berkata iya” maksudnya apapun titah Raja adalah hukum. Tidak ada pilihan
lain, harus diikuti. Berbeda dengan Luois XIV yang berkata Negara adalah aku.
Disarikan dari buku Sultan
Hasanudin, Ayam Jantan dari Ufuk Timur tulisan Sagimun M.D. disalin ulang oleh Pratiwi
dengan bahasa yang mudah dicerna.
Komentar
Posting Komentar