Langsung ke konten utama

CINDERELLA'S SHOES FIT HER NOT OTHER


Kemarau

Written on September 19, 2019

Mas, kali ini Sumbawa mengalami kemarau panjang. Langit, seperti tak mau menanggalkan sinar matahari di atas kepalaku, langit masih saja cerah. Suhu udara sangat panas. Berkisar 34 derajat Celsius hingga 36 derajat Celsius. Padahal hari telah sore. Sudah selayaknya dia kembali ke barat.  Matahari seperti berada di ubun-ubunku. Aku sedang kuliah di kaki bukit ini. Kata orang tuaku supaya aku jadi orang nanti. Beasiswa yang kata orang mampu mengantarkanku ke gerbang kegemilangan. Katanya.
Mas, kemarau panjang kali ini rasanya hampa. Sehampa hubungan aku dan dirimu. Sekering janji-janji lamaran yang kau ucapkan di musim kemarau tahun lalu. Kini aku pergi. Melanjutkan cita-citaku. Dari pada menunggu janjimu seperti menunggu purnama dalam serial ada apa dengan cinta. Maka kuputuskan langkah ini. Tetap, aku tetap seperti yang dulu, menunggu janjimu yang belum tertunaikan. Itulah aku. Sesederhana itu. Setolol itu. Aku berubah karena perasaan cinta yang kau berikan begitu indah. Hatiku berkata kau yang kuinginkan. Akalku menolak bukan kau. Aku berperang dengan batinku sendiri. Aku kebingungan. kepastiannya aku mau kamu.
 Seorang ahli Filsuf bernama Freud bilang, saya sudah belajar  perempuan berpuluh-puluh tahun dan tidak ada yang bisa saya pahami dari mereka, bahkan saya tidak tahu apa yang diinginkan oleh perempuan. Bapak filsuf yang terhormat, yang dipuja di ilmu psikologi, linguistic, komunikasi, politik, sosial budaya dan ilmu-ilmu eksak lainnya. Perempuan dari zaman purba hingga zaman modern, millennial atau alfa hanya butuh satu. Bukan uang, bukan tahta, bukan jabatan, bukan kegantengan, bukan harta yang banyak. Perempuan butuh kepastian. Butuh dilindungi, butuh didengarkan perasaannya, butuh disayangi, dan butuh diperhatikan. Sedikit sentuhan, sedikit perhatian, dan sedikit didikan untuk terus bergerak kearah yang lebih baik. Jika dibutuhkan banyak perjuangan mungkin kita perlu kembali sedikit untuk mencintai diri kita.  adapun uang, harta, kegantengan, jabatan, hanya atribut pelengkap. Yang paling inti adalah butuh kepastian. Walau beberapa orang mengatakan tidak ada yang pasti di dunia ini. Oe, bukankah matahari itu panas adalah kepastian yang tidak bisa dibantahkan oleh aksioma?
Kepastian datang dari komitmen yang kuat, kongruen antara perkataan dan tindakan. Jadi bukan saja kata-kata manis yang diumbar di awal cerita. Tetapi pembuktian. Bukan janji  yang diungkapkan karena perasaan cinta sesaat.
Hingga otak kecilku tahu bahwa tidak ada cinta pada pandangan pertama, yang ada hanya nafsu pada pandangan pertama. Cinta, haruskah ada dalam pernikahan?. Kerena pada kenyataannya banyak orang yang menikah karena cinta lalu bercerai dalam jangka waktu sebulan dua bulan, setahun dua tahun. Dan tidak sedikit orang yang menikah bukan karena cinta, seperti karena saling komitmen, karena agama, karena kesamaan visi, karena ada hal-hal lain yang tidak prediksi, cinta mungkin?. Tuh, kan kembali lagi ke cinta. Kapan sebenarnya laki-laki itu benar-benar yakin bahwa dialah yang terakhir?.
Berdasarkan interkasi yang saya lihat diantara teman-temanku. Beberapa laki-laki memutuskan untuk menikah dikarenakan harta perempuan itu. Ih, ini lebih hina. Laki-laki menikah karena harta perempuan. Memang sih, bagi sebagian lakai-laki menikah itu pilihan rasional. Saya bilang hina kerena menikah dalam kebudayaan kami di Bima. Menikah bagi laki-laki adalah menafkahi bukan dia yang dinafkahi secara lahir. Walaupun dia mampu menafkahi secara batin, tetapi tetap saja bagiku laki-laki yang menikah karena semata-mata harta perempuan itu. Tetap dianggap hina. Ya karena itu bertentangan dengan firth laki-laki dari zaman purba hingga milleniah bwah tigasnya dia adalah provide resource  alias menyiapkan sumber daya kehidupan. Aneh aja sih kedengarannya.
Berbeda jika misalnya dia sakit. Itu lain cerita.
Keyakinan, komitmen, pilihan, cinta, dan tanggungjawab bagiku sebaiknya dilandasi oleh sebuah ikatan yang kuat.
Hari ini cahaya matahari masih saja kuat, menyala bagai bola api yang tidak akan pernah bergerak kemana-mana. Menyengat dan membuat kepala pening lebih dari tujuh keliling. Wajah-wajah yang dahulunya putih molek kini berubah warna menjadi coklat. Bertransformasi melampaui waktu perkiraan kita biasanya.
Di depan stand nasi campur, aku mencari wajah bibi yang biasanya malayani pembeli. Aku mencoba mencarinya. Kuperhatikan beberapa mahasiswa sedang melahap makanan mereka. Aku berjalan terus hingga dapur yang tidak jauh dari deretan meja makan. Ruang makan desainnya los dengan dapur.
“bu, seperti sangat sibuk sekali.”
“iya nak”
“saya bisa bantu ibu berarti ya?”
“eh” ibu tersenyum ramah.
“bi saya nasi campur satu makan disini”
Sambil menunggu bibi menyelesaikan urusannya di dapur. Aku berdiri di depan stand dan memandang pintu lipat besi yang dipenuhi oleh flyer temple berisi wajah politisi partai. Salah satu tulisannya di dalam flayer pertama bertuliskan.
“saya akan mengerti dan mendengarkan keinginan rakyat”
My comment, what? jadi selama proses anda di atas kursi pemerintahan nanti akan mendengar keinginan rakyat yang cukup banyak tanpa kerja nyata?. Well, walaupun pada akhirnya nanti anda akan kerja tetapi yang pertama sebagai calon pemimpin nada harusnya tidak hanya mendengarkan tetapi langsung menentukan sikap. Memperbaiki lubang jalan yang terpampang tepat di tengah badan jalan,sanking lebarnya lubang itu. Anak sapi bisa tidur nyenyak. Menyediakan tempat sampah umum yang sulit di cari di kota tercinta ini. Dalam kehidupan perpolitikan ketika menjadi pemangku kebijakan, bahkan kita tak perlu melakukan studi banding ke Negara lain. Itu pemborosan, pemborosan yang menghabiskan keuangan Negara demi “keinginan individu pemangku kebijakan” bukan “kebutuhan pemangku kebijakan”. Karena sebenarnya, kehidupan dan lingkungan Negara lain tidak cocok diterapkan di Negara kita yang masih butuh hal-hal dasar.
Saya masih sangat ingat, ketika teman kosan saya yang baru pulang dari korea. Lalu berkata, Negara kita ini harusnya seperti korea.
“lihat korea selatan, mereka Negara maju dengan sangat pesat. Mereka memiliki hampir semua stasiun MRT, harusnya kita seperti mereka.”
“belum bisa sob, kita ini masih Negara komunal. Birokrasinya kita masih kurang bagus. Ada banyak yang bagus, tetapi kurang dimaksimalkan. Buruknya lagi kita terkadang minder dengan identitas diri kita sendiri”
“kita tidak usah perpikir jauh. Banyak hal kecil yang masih kita lalaikan. Buang sampah sembarangan, padahal kita diajarkan, kebersihan sebagian dari iman. Trus kita lebih sering menggunakan motor dibandingkan sepeda padahal jaraknya dekat.”
“yah, system di korsel tidak bisa ujuk-ujuk diterapkan di Indonesia karena kita beda kebudayaan ,, beda keadaan sosial dan beda cara berpikir, yang paling cocok diterapkan di Negara kita adalah yang paling dibutuhkan oleh masyarakat kita. dan tentu perlu komitmen untuk membentuk ekosistem yang baik”
Trus, mengapa pula kita membahas urusan pemerintah disini?
Karena pemerintah adalah keluarga terbesar dalam tatanan kehidupan. Keluarga yang sehat biasanya dibantu oleh fasilitas umum yang memadai, aspal yang mulus, harga tiket pesawat yang bersahabat dengan dompet mahasiswa dan pegawai. Bahkan sekarang harga tiket pesawat tidak bersahabat dengan dompet pawagai dan dosen pemula. How pity. Huh.
IMAGE WAS TAKEN FROM https://ko-kr.facebook.com/gown.butikpengantinstylo/photos/pcb.1194945883968823/1194945787302166/?type=3&theater


“Flyer politisi selanjutnya adalah menuntaskan program kerja pemerintah.”
Slogan politisi di flayer yang ini lebih masuk akal, walaupun pada kahirnya nanti dia yang akan ditagih oleh janjinya sendiri apakah dia akan melakukannya atau tidak tetapi setidaknya kata-katanya mendidik masyarakat untuk langsung ke inti masalah.
            Mengatur satu daerah sangatlah sulit. Jadi butuh stakeholder yang saling mendukung, satu sama lain. Tidak harus semua stakeholder saling mendukung, tetapi cukup beberapa yang benar-benar terpercaya dan mampu merealisasikan program kerja yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Tidak mungkin membuat semua orang setuju dengan kita, tetapi tetap butuh beberapa yang terpercaya dan kuat saja. Paling pentingnya adalah amanah.
            Kenapa pula kali ini saya memikirkan flayer-flyer itu?. Weird of me. Sepiring nasi campur terhidang di mejaku. Disampingnya laptop, alat paling sekunder bagi mahasiswa. Bukan lagi alat mewah. Kutulis naskah ini, sambil mengingat wajah laki-laki yang telah mengecewakanku, bukan hanya aku yang dia kecewakan. Tetapi keluarga besarku.
            Dalam kisah yang hanya berlangsung enam bulan ini, aku belajar satu hal yang paling penting. Tidak berharap banyak kepada mulut manusia. Apalagi mulut laki-laki. Teorinya matang telah kuketahui dan mahsyur kudengar. Namun, kali ini kurasakan bagaimana perasaan suka, dan perasaan harap dipermainkan oleh seseorang yang tidak pernah kukenal sebelumnya. Padahal awalnya dia yang bersemangat datang ke rumah. Dengan alasan menggenapkan separuh agama, katanya. Serius, katanya. Mulutmu. I hate it. I hate all the promises you make. Ta’aruf yang hampir kau buat rusak dengan cara yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Untung saja ada teman-teman yang mengingatkan bahwa ta’arufmu hampir melenceng ke arah pacaran.
            Lama-lama saya jadi kembali memiliki patokan, bahwa perempuan yang terbiasa liqo dan tarbiyah atau taklim hanya bisa dinikahi oleh  laki-laki yang sama. Jadi memang sudah seharusnya aku kembali ke prinsip awalku. Dengan cara seperti itu, rasanya hati akan menjadi sangat tenang. Tentram. Keputusan untuk menikah dengan seseorang laki-laki bukan saja keputusan yang diambil karena ujuk-ujuk umur kita telah menua, atau satu dan lain halnya. Tetapi dia keputusan yang paling besar dalam sejarah hidup seorang perempuan. Laki-laki bagi wanita walaupun bukan segala-galanya. Pada akhirnya, laki-laki adalah surga dan nerakanya wanita. Seorang yang akan dilihat ketika menutup dan membuka mata. Yang akan ditaati seumur hidup, yang akan dilayani makan minumnya, yang akan diurusi pakaiannya, yang akan diurusi perut dan dibawah perutnya. Ih, di bawah sepertinya lebih dalam. Maksudnya pemahamannya musti mendalam. Apa yang akan menjadi patokannya? Keikhlasan. Tidak lebih.
            Pernahkah perempuan berpikir? Apa yang paling dia inginkan dari laki-laki? Bagiku? Iya. Menurut kamu. Baik akan kuceritakan dari awal. Bagaimana pandanganku terhadap laki-laki. Orang pertama yang paling aku ingat. Ayah. Bagaimana kesanmu terhadap ayahmu sendiri?. Awalnya sejujurnya buruk.
What? tidak boleh begitu ti. Ayah yang membiayai kamu sampai kamu sekolah tinggi seperti ini!. Mulanya seperti ini, aku tidak pernah tahu mengapa ayah selalu kasar kepada ibuku. Aku tidak pernah tahu dan berusaha mencari tahu. Tapi otak kecilku waktu itu mengarahkanku focus untuk menjadi yang terbaik di kelas. Untuk memperhatikan pendidikan dibanding konflik yang terjadi antara ayah dan ibuku. Bagaimana bisa gadis berumur enam tahun dibiarkan memilih antara ayah atau ibu?
“mana yang kamu pilih ti?”
“saya tidak bisa pilih salah satu ma”
Kata mulut mungilku
 Toh, pada ujungnya adik ketiga dan keempatku lahir dengan selamat. Itu sudah cukup. Tetapi tetap saja aku melihat ibu menangis, bertengkar hebat dengan ayah disela-sela itu. Apa aku perempuan yang tidak bersyukur?
            Aku juga sering bertanya, apa aku perempuan yang kufur nikmat? Pertanyaan yang sering kuhapus seiring dengan bayangan masa depan hubungan dengan laki-laki manapun yang membuatku dihantui was-was. Batinku berkata semua rasa kesedihan dan kekecewaan diikhlaskan saja. toh pada akhirnya ibumu mengikhlahkan semua kesakitan yang diberikan ayahmu.  Kekecawaan yang diciptakan ayahmu. Toh pada akhirnya ayahmu menyiapkan ladang warisan untuk keperluan adik-dikmu sekolah dan uang pensiun yang digunakan ibumu untuk membiaya masa jandanya. Toh pada akhirnya kamu bisa bekerja di tempat kerja yang menjadi impian banyak orang. Toh pada akhirnya kau merindukan ayahmu untuk kau balas jasa kebaikannya, kau merindukan ayahmu untuk kau berangkatkan haji.
Waktu terus berjalan, aku diterima di universitas besar yang kata orang akan membuatku jadi “orang”. Bagiku waktu itu, memilih jurusan kalau bukan jurusan sejuta ummat, ya jurusan yang bisa menyisakan banyak waktu luang agar aku bisa memberikan les privat ke anak sekolah. Pikiran yang sangat simple namun pelaksanaanya sulit. Keculai bagi mereka yang memiliki komitmen dan kesabaran.
Berangkatlah aku ke subuah kota yang katanya, kota million dreams for students. Sejujurnya aku pribadi memilih kota itu, karena selain kuliah saya kepingin belajar agama di kota itu. Tiba di kota yang katanya kota pantai. Semester pertama saya merasa bosan. Waktu SMA saya jurusan IPA dan tiba-tiba ketika kuliah dihadapkan dengan jurusan sastra yang santai dan seriusnya tidak bisa dibedakan. Membuat saya menyesuikan diri dengan lingkungan jurusan. Pernah terbersit di kepalaku untuk ikut sbmptn di tahun kedua kuliah. Karena saya rasa jurusan ini tidak memberikan banyak hal yang bermanfaat kecuali membaca novel-novel lawas yang dibacakan dosen-dosen yang terhormat. Tetapi teman taklimku menyarankan “”kasihan orang tuamu telah mengeluarkan banyak biaya. Aku terhenti di situ. Ketika disebut orang tua. Air mataku mengalir, apalagi melihat rambut ayah dan ibuku yang kian menua.
Di tahun ketiga, aku pulang kampong. Sudah dua tahun aku tidak pulang. Ayah sangat senang menyambutku, dia menyebutku bukan saja di tetangga rumah tetapi di depan teman-teman kantornya. Waktu itu, ayahku sakit dan ingin makan buah. Aku berkata, sabar pak. Tidak ada buah. Lalu dalam keadaan mengingau ayah merintih. Kemudian dia tertidur pulas. Lama beliau tertidur pulas. Aku bermain dengan adikku. Menunggunya sadar. Lalu beliau bangun. Matanya merah, badannya masih gemetar. Rupanya beliau demam. Aku duduk di bale-bale dalam rumah batu yang baru saja dia bangun. Sebelumnya kami memiliki rumah kayu yang cukup luas, tetapi karena satu dan lain hal ayah langsung menjual rumah kayu dan membuat rumah batu yang sangat besar dan nyaman untuk kami.
“nak, kamu bisa mendaftar lagi SBMPTN pilih jurusan sejuta ummat?”
“tidak bisa mendaftar di universitas negeri pak, karena kesempatannya Cuma hanya tiga kali daftar” kujawab dengan sangat lugas namun pelan dan sopan. Tidak enak jika ayah tersinggung alias takut jika dia naik pitam. Sebenarnya aku ingin meluapkan kejengkelan dalam hati, mengapa dari dulu dia tidak pernah mendukungku secara moral dan meninggalkan dukungan secara finansial saja. tetapi sudahlah semuanya telah berlalu, nasi telah menjadi bubur. Padahal waktu itu aku bisa saja mengambil jurusan sejuta ummat itu. Hanya memilih dan mencentangnya dalam kotak kosong itu. Tetapi sayang aku kurang berani untuk melawan kata-kata ayahku sendiri. Dia berdalih, tidak usah ambil jurusan yang membersihakan feses orang lain dan seterusnya. Kali ini, aku menenangkan diriku. Ikhlaskan. Batinku.
Tidak semua dokter menjadi dokter karena uang atau karena ingin dihormati, ada banyak mereka yang terpanggil karena batinnya ingin menolong orang lain. That’s all, that it.
Empat tahun berlalu, skripsi yang penuh dengan drama pergantian pembimbing dua. Dosen yang berbicara sangat jujur namun menyakitkan. Dan aku pilih yang kedua. Dosen yang jujur namun sedikit nyelekit, daripada dosen selebritis yang jarang datang. Semua dosen baik tetapi kebaikan saja tidak cukup, perlu komitmen untuk terus mengajar, bagaimana jadinya jika pertemuan yang seharunya diisi tatap muka selama empat belas pertemuan. Namun dosen tersebut hanya datang dua kali pertemuan, hello, niat datang nggak sih bu?.
Waktu itu yang ingin saya lakukan hanya ingin menghafal Al-Quran walau masih terbersit keinginan untuk melanjutkankan kuliah di jurusan sejuta ummat. Hafalan juz 30, waktu itu Alhamdulillah mutqin, namun juz 28 dan juz 29 perlu diperbaiki. Waktu berlalu, ibu dan ayah tidak mengijinkan untuk masuk pesantren, salah satu keinginan yang tidak pernah saya selesaikan sampai sekarang. Masuk pesantren. Cita-cita terpendam lainnya. Namun beberapa minggu pernah kurasakan ketika masih kuliah. Masuk pesantren kilat yang bagi sebagian orang jarang diberikan kesempatan. Terima kasih masa laluku yang baik. Tetapi walaupun ada hambata, herannya, waktu itu aku bisa menghafal alquran juz 28. Ujung-ujungnya bapakku selalu merindukan hafalan Al-Quranku. Pernah suatu ketika, saat sedang membaca Al-Quran ayah bilang:
“Loh, kok berhenti bacaan Al-Qurannya?”
“Iya, itu bunyi game di komputernya bapak berisik”
Itu momen yang paling kurindukan ketika membaca Al-Quran.
Malamun sambil makan nasi campur sendirian. Matahari masih saja bertengger dan bersinar dengan sangat cerah. Menciptakan bulir keringat kering yang kemudian dihempas angin savanna Sumbawa. Suara motor yang berlalu lalang di depan warung makan ini menciptakan alunan musik alam yang komplit. Anak pemilik warung yang berlalu lalang sedari tadi membuka lemari es dan duduk di rak paling bawah kemudian menyandarkan punggun mungilnya di rak kedua dari bawah.
“dek nama kamu siapa?”
“novi” dia menjawab manja
“sekolah dimana?”
“leseng”
“berapa kilo dari sini ke sekolah?”
“itu dekat.” Oh iya, hanya beberapa anak cerdas yang bisa menjawb berapa kilo jarak rumahnya dari sekolah
Dia kemudian berlari kesana kemari membantu ibunya mengembalikan uang pembeli dan mengambil jajanan permintaan pembeli. Wajahnya yang manis khas jawa semakin menandakan dia keturunan jawa. Ciri khas yang dia wariskan dari ibunya.
“ah, panas pe” kata bibi
“iya bu, bu klo punya lahan, ibu tanam aja rambutan, mangga, dan nangka supaya bisa dijadikan wisata kebun. Kan dingin jadinya” kataku bersemangat. Seorang mahasiswa dari dalam warung menoleh ke arahku. Mungkin dia berpikir saya banyak bacot, atau apalah. I don’t care. The thing that I care is complete my mission. Reveal suggestion to bibi.
“iya si” kada bibi dan anaknya duduk di sampingnya.
***
 Menjadi kamu sebenarnya tidak sulit, pikiranmu saja yang mempersulit semuanya. Rasa mindermu, rasa tidak percaya dirimu. Rasa bersalahmu yang berlebihan. Rasa malumu yang tidak wajar dan tidak pada tempatnya. Kamu hanya perlu sedikit menjadi berpikir terbuka, tidak perlu bebas. Tetapi menerima keadaan dan mau merangkul keterbatasanmu. Jika kamu orang yang sulit melupakan seseorang maka alihkan dengan cara mengingat yang lebih bermanfaat. Mengingat hutang misalnya. Lebih dari itu, mengingat Al-Quran. Ketika kita belajar mengingat Alquran dengan cara menghafal suratnya in sha Allah ketenangan akan menghampiri.
Bukankah Allah berjanji, jika engkau melangkah kepada Allah sejengkat niscaya Allah akan mendekatimu sehasta. Dan jika kamu mendekata Allah sehasta Allah akan mendekati dengan cara sedepa. Jika kamu melangkah ke Allah sehasta maka allah akan mendekati dengan lebih dekat dari itu. Jika kamu mendekati Allah dengan cara berjalan maka dia akan datang dengan cara berlari. Seterusnya. Ya Allah akhiri kegalauan ini.
Sebenarnya, kamu harus tahu bahwa hidup tidak seperti dongeng Cinderella yang kita tonton sewaktu kita kecil. Lebih dari itu, kehidupan tidak terduga. Terkadang hidup yang ktia proyeksikan dalam otak kita terlampau sulit. Namun ternyata Allah menghadiahkan keindahan dan kita lupa bersyukur. Terkadang kita melakukan kesalahan yang banyak dan kita lupa meminta ampun. Dan Cinderella hanya ada dalam dongeng. Namun, dari dongeng itu ada bagian menarik yang akhir-akhir ini saya pikirkan. Seandainya saja Cinderella berbalik mengambil kembali sepatu kaca yang dia tinggalkan di istana. Apakah dia akan menjadi Cinderella yang dicari oleh pengeran sampai ke penjuru negeri hingga ke loteng-loteng rumah warga?. Cinderella dalam pesta dansa tidak sempat mengambil kembali satu sepatu yang menjadi pasangan sepatunya itu. Dia terus berlari ke arah depan. Dia terus berlari dengan waktu yang masih tersisa. Dia tidak memperdulikan orang-orang yang mengejarnya di belakang. Karena jika pangeran itu benar-benar menginginkannya dalam hidupnya maka pasti pangeran itu yang akan mencarinya. Kebaikan hati Cinderella seperti spectrum cahaya yang mengundang hati=hati murni lainnya. Begitulah. If only she go back to grab her heel, Is she called Cinderella?
Jadi ketika kamu kali ini dikecewakan. Jangan pernah melihat kebelakang ti. Apalagi mengharapkan kehadirannya. Hentikan semua pikrian dan pengharapanmu tentang dia yang mungkin saja saat ini sedang bersama dengan orang lain. Mungkin saja dia sekarang ini sedang mencari mangsa lain yang akan dia jebak dengan rayuannya. Karena tak mampu menjebakku yang tidak hanya sekedar baik tetapi kuat dan terhormat. Wanita terhormat tidak akan pernah dikalahkan oleh janji palsu bukan?.     

      


     

             
           
 
         


Aku membunyikan motor menuju gedung perkualiahan. Dosen kali ini pasti sedang sholat juga. Setelah melahap nasi sepiring dan air mineral dari kulkas. Aku bergerak

   
         
          

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masya Allah, Anak yatim jadi Anggota Polri di POLDA NTB.

  Waktu kecil, sekitar umur lima tahun. Dia sering mengantar donat jualan ibunya ke beberapa warung di kampung halamannya tinggal, desa Ncera. Mengayuh sepeda pink tua dan reot pemberian dari kakak pertamanya. Masa kecilnya dia lalui dengan penuh keceriaan bersama teman-teman sebayanya. Dia bersama temannya terbiasa membantu orang tua di sawah dan sesekali membersihkan ladang. Jika sore dan lowong, mereka berenang di embung Ncera dan memancing ikan. Jika musim tertentu mereka mengumpulkan   kemiri dan memetik jambu biji. Di hari minggu dia terbiasa jogging atau camping di dekat air terjun desa Kalemba. Dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang menyenangi pendidikan, itulah Akbar Putra. Nama pemberian ayahnya, berharap suatu saat anak laki-laki satu-satunya bisa mengayomi keluarga dan orang-orang yang sedang membutuhkan. Ayahnya menekankan dalam perilaku kesehariannya, pendidikan adalah investasi utama. Walaupun baju kita biasa saja; tak masalah.   ...

produksi ujaran proses yang rumit hasil yang kelihatan 'biasa'

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ujaran merupakan pembahasan yang melibatkan proses pikiran dan rangkaian kata yang kompleks. Dari ujaran ang dituturkan oleh pembicara kita dapa mellihat keadaan psikologi pembicara melalui kata-kata yang dia ucapakn dan cara dia mengucapkan. Pembahasan ini sangat penting dalam mendikung dunia pengajaran dan interkasi antara guru dan muridnya maupun lawan tutur secara umum. Melihat bahwa ilmu psikoliguistik sangat bermanfaat bagi pengajaran bahasa dan makrolinguistik secara umum.   B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana Proses terjadinya produksi Ujaran C. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui proses terjadinya produksi ujaran 2. Mengetahui urutan yang tepat manakah yang lebih dahulu dari ketiga topik yang sedang dibahas, persepsi, pemahaman dan ujaran.  3. Menguraikan proses terjadinya produksi ujaran BAB II Bagaimana Manusia Memproduksi Ujaran dan Kalimat A. PRODUKSI UJARAN 1. Langkah umum dala...

TRY AND NEVER GIVE UP

MORATORIUM Moratorium yang biasa dikenal dalam masyarakat awam adalah pemberhentian sementara jatah penerimaan CPNS oleh pemerintah, seperti yang pernah terjadi ditahun 2011 hingga 2013 kemarin. Any comment?. Rumor   mengatakan bahwa pemerintah akan kembali melakukan moratorium ditahun 2015 ini kecuali untuk guru dan tenaga kesehatan. Ini dilakukan untuk menghemat anggaran Negara, Allohu’alam. Please confirm those. Sobat muda apa yang akan kalian lakukan jika demikian keadaannya? Saya berencana dari awal akan membuka usaha namun sayangnya saya pribadi terkendala modal. Untuk membuka usaha bisnis dibutuhkan modal dan konsistensi, saya pernah membuat usaha kecil-kecilan seperti tas dan foot loose hasil rajutan. Ini memang sangat bermanfaat untuk menambal kebutuhan ekonomi yang ringan namun masih terbilang kurang jika kita ingin menabung uang hasil usaha itu.             Saya punya tawaran yang menarik bagi teman-teman ya...