1.
Wacana
berasal dari Koran Internal Kampus “Identitas” No. 852, Tahun XL, Edisi Awal
November 2014. Halaman 10.
UNTUNG RUGI BUAH NAGA
Wacana ini
dimulai dengan sebuah ide sederhana yang terangkum daalam sebuah kalimat yang
singkat padat dan jelas yakni “Kurangnya fasilitas dan bimbingan membuat
pertumbuhan terkendala serta produksi buah naga yang tidak merata”. Dari
kalimat ini, kita berasumsi bahwa wacana ini akan menjelaskan mengenai beberapa
kendala dalam menjaga pertumbuhan dan pengawasan pada proses menanam buah naga.
Ide “kendala menanam buah naga” membuat pembaca lebih terarah membaca sejak
awal.
Dalam sebuah
wacana yang benar, untuk mendukung pemahaman pembaca agar lebih memahami teks
dibutuhkan paragraph yang padu atau koheren. Koheren merupakan teori yang
diperkenalkan oleh Michael Halliday dan Rugayya Hasan dalam buku mereka yang
fenomenal “Cohesion in English” (1976). Sander dan Maat (2006) mengatakan dalam
artikelnya bahwa:
“Halliday dan Hasan mendeskripsikan keterhubungan
teks dalam beberapa istilah yang terkenal yakni referensi, substitusi, ellipsis,
konjungsi dan leksikal kohesi yang meliputi kohesi dan koherensi. Ini adalah
tanda-tanda eksplisit yang menjadikan teks menjadi sebuah teks. Kohesi terjadi
ketika interpretasi elemen dalam sebuah wacana secara independen dan
mempengaruhi unsur lain dalam wacana
itu.

Menurut Halliday dan Hasan lagi:
"Cohesion is expressed through the stratal organization of language.
Language can be explained as a multiple coding system comprising three levels
of coding or 'strata'. The semantic (meaning), the lexicogrammatical (forms)
and the phonological and orthographic (expression). Meanings are realized (coded)
as forms, and the forms are realized in turn (recoded) as expressions. To put
this in everyday terminology, meaning is put into wording and wording into
sound or writing."
Halliday dan Hasan (1976:7) telah mencoba melihat kohesi makna itu dari dua
sudut, iaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kedua-dua gramatikal ini
terdapat dalam sesuatu kesatuan teks. Kohesi ini juga memperlihatkan jalinan
ujaran dalam bentuk kalimat untuk membentuk suatu teks atau konteks dengan cara
menghubungkan makna yang terkandung di dalam unsur. Kaedah kohesi ini lebih
dikenali dalam istilah perujukan, penggantian, pengguguran, konjungsi dan
gramatikal leksikal.
Pertanyaan selanjutnya apakah wacana
“Untung rugi buah naga” kohesif?
Menurut saya sangat kohesif karena secara
teoritis wacana ini telah memenuhi syarat sebuah wacana dikatakan kohesif
berupa paragraph yang padu.
Seperti yang tertera pada teori berikut
Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara
structural membentuk ikatan sintaktikal. Anton M. Moelino ( 1988:34) menyatakan bahwa wacana yang baik dan utuh
mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif. Konsep kohesif sebenarnya mengacu
kepada hubungan bentuk. Artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang
digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan
utuh. Menurut Anton M. Moelino, dkk ( 1987:96) untuk memperoleh wacana yang
baik dan utuh, maka kalimat-kalimatnya harus kohesif. Hanya dengan hubungan
kohesif seperti itulah suatu unsur dalam wacana dapat di interpretasikan,
sesuai dengan ketergantungannya dengan unsure-unsur lainnya.
Sanada dengan pemaparan diatas lebih lanjut kohesi dapat diuraikan
sebagai.
Kohesi merupakan organisasi
sintaktik, wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan
tuturan. Kohesi adalah hubungan antar kalimat di dalam wacana baik dalam strata
gramatikal maupun dalam tataran leksikal.
Menurut Anton M. Moeliono (1988:
343) kohesi adalah keserasian hubungan antara unsure yang satu dengan unsure
yang lainnya sehingga tercipta pengertian yang apik dan koheren.
Pemahaman wacana dengan baik
memerlukan pengetahuan dan penguasaan kohesi yang baik pula, tidak hanya
terfokus pada kaidah-kaidah bahasa tetapi juga pada realitas, pengetahuan kita
dalam proses penalaran, yang disebut penyimpulan sintaktik (Van de Velde, 1984:
6). Suatu teks atau wacana benar-benar kohesi apabila terdapat kesesuaian
bentuk bahasa terhadap konteks (situasi luar bahasa). Ketidaksesuaian bentuk
bahasa dengan konteks akan menghasilkan teks yang tidak kohesif, (james, 1980:
102-104).
Sedangkan koherensi diartikan sebagai:
Keterkaitan antara bagian yang satu dengan
bagian yang lainnya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh (Brown
dan Yule dalam Mulyana, 2005: 30).
. Piranti Kohesi
Menurut Halliday dan Hassan (1976), unsur
kohesi terbagi atas dua macam, yaitu unsur leksikal dan unsur gramatikal.
Piranti kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda kohesi yang melibatkan
penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa. Piranti kohesi leksikal adalah kepaduan
bentuk sesuai dengan kata.
1. Piranti Kohesi Gramatikal
Pada
umumnya, dalam bahasa Indonesia ragam tulis, digunakan piranti kohesi
gramatikal seperti berikut.
a. Referensi
Referensi
berarti hubungan antara kata dengan benda. Kata pena misalnya mempunyai
referensi sebuah benda yang memiliki tinta digunakan untuk menulis.
Halliday dan
Hasan (1979) membedakan referensi menjadi dua macam, yaitu eksoforis dan
endoforis.
§ Referensi eksoforis adalah pengacuan
satuan lingual yang terdapat di luar teks wacana.
Contoh: Itu
matahari. Kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks,
yaitu ‘benda yang berpijar yang menerangi alam ini.’
§ Referensi endofora adalah pengacuan
satuan satuan lingual yang terdapat di dalam teks wacana.
Referensi
endofora terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
·
Referensi
anafora yaitu satuan lingual yang disebut lebih dahulu atau ada pada kalimat
yang lebih dahulu, mengacu pada kalimat awal atau yang sebelah kiri.
Contoh:
(a) Hati Adi terasa
berbunga-bunga. (b) Dia yakin Janah menerima lamarannya.
Kata Dia pada
kalimat (b) mengacu pada kata Adi.
Pola
penunjukkan inilah yang menyebabkan kedua kalimat tersebut berkaitan secara
padu dan saling berhubungan.
·
Referensi
katafora yaitu satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu pada kalimat
yang sebelah kanan.
Karena bajunya
kotor, Gani pulang ke rumah.
Pronomina enklitik-nya pada
kalimat pertama mengacu pada antaseden Gani yang terdapat pada kalimat kedua.
Baik referensi yang bersifat anafora maupun katafora mengunakan pronomina persona, pronomina penunjuk, dan pronomina komparatif.
Baik referensi yang bersifat anafora maupun katafora mengunakan pronomina persona, pronomina penunjuk, dan pronomina komparatif.
Pronomina
Persona adalah pengacuan secara berganti-ganti bergantung yang memerankannya.
Dalam bahasa
Indonesia, pronominal persona diperinci sebagai berikut.
|
Tunggal
|
Jamak
|
Persona
pertama
|
Aku, saya
|
Kami, kita
|
Persona
kedua
|
Kamu,
engkau, anda
|
Kalian,
kami sekalian
|
Persona
ketiga
|
Dia, ia,
beliau
|
Mereka
|
2. Menurut saya paragraph yang tersusun
sangat padu dan mendukung ide sentral yang telah dikemukakan dari awal wacana
ini dibuat
3. Paragraph
teratur dan sistematis
Daftar pustaka
1.
Koran kampus
identitas edisi awal November tahun XL No. 852
2.
Jurnal Kohesi dan
koherensi oleh T Sanders dan Pander Maat. 2006
3.
Blog gemilang bahasa Cemerang bangsa:
http://ahmadfaziljpmipgktb.blogspot.com/2012/07/kohesi-dan-koherensi.html?
http://endhi-pujiana.blogspot.com/2012/09/pengertian-wacana-kohesi-dan-koherensi.html
Komentar
Posting Komentar