Menarik untuk diulas! Ini satu frasa untuk Datu Museng dan Maipa Deapati. Sebuah kisah nyata yang tragis. Melebihi tragisnya kisah fiksi rekaan sastrawan kenamaan William Shakespeare berjudul Romeo dan Juliet. Beberapa tahun silam salah seorang mahasiswa sastra Univerisitas Hasanuddin membuat skripsi berisi perbedaan cinta antara Cleopatra dari Mesir dan Antonio dari Spanyol dibandingkan cinta antara Datu museng dari Gowa Makassar dan Maipa Deapati dari Sumbawa. Skripsi itu kemudian menggelitik keingintahuan saya, “apa yang terjadi dengan dua pasangan ini?”. Kisah nyata antara Datu Museng dan Maipa Deapati juga menyiratkan bahwa ada keterkaitan sejarah yang panjang antara Maipa Deapati yang berasal dari Sumbawa dan Datu Museng yang berasal dari Gowa Makassar.
Sekilas dari apa yang teman saya ceritakan dia berusaha membedah cara Cleopatra mencintai Antonio berbeda dengan cara Datu Museng mencintai Maipa. Dalam cinta Cleopatra kepada Antonio membuat Cleopatra buta kekuasaan. Cleopatra tetap memertahankan kekuasaannya walaupun dalam hatinya dia mencintai Antonio. Cloepatra tidak ingin warganya perpaling kepadanya sehingga dia tetap mempertahankan tahtanya untuk mempertahankan kecintaan rakyatnya. Hal yang sama juga terjadi pada Antonio Putra Mahkota kerajaan Spanyol. Dia lebih memilih tahtanya dibandingkan memertahankan cintanya kepada Cleopatra. Maka antara kerajaan Cleopatra dan Kerajaan Antonio terjadi peperangan yang cukup dahsyat pada jamannya. Itu kisah cinta antara kejaraan di dunia barat (sebutan dari orang yang tinggal di timur) dan kejaraan yang berada di timur tengah (sebutan yang digunakan untuk warga dunia yang tinggal dari barat karena bagi warga timur kita menyebutnya Asia Barat). Berbeda dengan cinta antara Datu Museng dan Maipa Deapati. Mereka berasal dari kerajaan yang berbeda tetapi masih serumpun. Maipa Deapati berasal dari Tana Samawa yakni sebuah daerah yang sekarang dikenal dengan Kabupaten Sumbawa. Nama samawa berasal dari kata Sabalong Samalewa yakni walaupun berbeda-beda tetapi tetap sama. Adapun Datu Museng berasal dari Kerajaan Gowa. Sebuah daerah di selatan kota Makassar yang sekarang dikenal dengan Kabupaten Gowa. Dahulunya Kabupaten Gowa adalah pusat Kerajaan dan kebudayaan Mangkasara atau sekarang dikenal dengan suku Makassar. Telah termahsyur dalam kisah-kisah sejarah akan ketangguhan para pelaut Gowa dalam mengarungi lautan timur Indonesia, dan Asia bahkan Madagaskar yang ganas dengan kapal Pinisi. Peninggalan para pelaut ini dapat dilihat dari banyaknya perkampungan Bugis dan Makassar yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia bahkan dunia. Oh ya, kembali kepada kisah cinta antara Datu Museng dan Maipa Deapati.
Datu Museng adalah seorang kesatria dari tanah Gowa yang berlayar menuju Sumbawa untuk mengunjungi makam ibunya bersama kakeknya. Datu museng terkenal dengan wajahnya yang tampan dan postur tubuhnya yang gagah. Kekuatannya sama dengan kekuatan satu kompi pasukan Belanda pada masa itu. Ketangguhan fisik dan kematangan mental Datu Museng adalah bukan hal yang diragukan lagi. Dia memiliki latar belakang keluarga bangsawan Gowa Makassar, darah palaut yang sangat kental, semangat cinta tanah air, dan cinta keyakinan yang mengakar nan kuat. Sesampainya di Sumbawa dia menziarahi makam ibunya dan menghabiskan waktunya beberapa saat di Sumbawa untuk menikmati beberapa pemandangan indah. Dalam pelisirannya menikmati keindahan tanah Sumbawa, dia bertemu dengan Putri Mahkota kerajaan tanah Sumbawa. Putri itu bernama Maipa Deapati. Selanjutnya disebut dengan Maipa. Maipa kemudian jatuh cinta kepada datu Museng. Bak gayung bersambung, Datu Musengpun mencintai Maipa. Namun apalah daya, Maipa telah dijodohkan dengan lelaki bangsawan pilihan ayahnya. Petualangan Datu Museng dan kakeknya pun berlanjut, kakek Datu museng adalah ayah secara spirit sekaligus kakek dan guru spiritual Datu Museng. Kakek Datu Museng mengarahkan Datu Museng untuk berhijrah menuju Mekkah guna memperdalam ilmu agamanya. Sepeninggalan Datu Museng, Maipa mengalami sakit yang berkepanjangan. Sangat parah, Raja bermuram durja. Melihat keadaan Putri Mahkota, Sultan mengumumkan akan diadakan Sayembara di pelataran istana. Sayembara yang diniatkan untuk menghibur Putri Mahkota ini kemudian terdengar di telinga kakek Datu Museng dan Datu Museng yang baru saja pulang dari Mekkah.
Di pelataran Istana, beberapa peserta yang berasal dari rakyat biasa dan bangsawan berusaha menunjukkan atraksi mereka. Semua penonoton bersorak ria meramaikan acara di pelataran istana pada saat itu. Bebarapa orang telah menunjukkan kebolehannya begitupun juga dengan tunangan Maipa namun tidak ada satupun yang bisa memancing Maipa keluar dari kamarnya. Dengan kata lain, tidak ada yang dapat menarik perhatian Maipa. Giliran Datu Museng untuk menunjukkan kebolehannya pun tiba. Datu Museng mencoba satu kali dan gagal, pada saat kedua kalinya kakek Datu Museng memanggil nama Datu Museng dengan teriakan lantang yang didengar oleh Maipa. Secara Spontan Maipa menampakkan wajahnya di Jendela demi melihat orang yang dia cintai. Sekilas melihat wajah Maipa yang nampak dibalik jendela seketika itu Datu Museng bersemangat dan berhasil memenangkan Sayembara tersebut. Sang Sultan terkagum-kagum melihat Datu Museng dan berbalik memarahi tunangan Maipa. “jika memenangkan sayembara ini saja engkau tidak bisa, bagaimana caranya engkau mampu menjaga putriku dengan baik?!” ucap sang Sultan kepada tunangan Maipa. Sultan menolak tunangan Maipa yang dahulunya disepakati berdasarkan nama, gelar dan bukan cinta lalu berbalik menerima lamaran Datu Museng. Sang Sultan yang bijaksana mempercayakan Putri Mahkota Maipa kepada Datu Museng. Akhirnya Datu Museng dan Maipa Deapati menikah.
Cerita mereka belum berakhir seperti di kisah-kisah negeri barat yang biasa dikisahkan dengan “then they are getting married and happily ever after”. Dalam kisah beberapa cerita nyata di kerajaan kerajaan timur. Kisah sebenarnya dimulai ketika para pelakon sejarah tersebut menikah. Diceritakan Datu Museng berlayar menuju tanah Mangkasara atau sekarang dikenal dengan Gowa memboyong isterinya. Sesampainya di sana, mereka dihadang oleh pasukan Belanda. Lalu perangpun dimulai.
Tahun 2017 lalu sebuah produser indi film bernama art2tonic menggarap kisah cinta antara Datu Museng dan Maipa Deapati dalam sebuah film drama kolosal dengan teknik visualisasi yang sangat mumpuni dan wah. Bisa dipastikan biaya produksi film ini tidak main-main dengan mendatangkan langsung Artis India ternama yang telah berhasil melakonkan film Mahabarata bernama Syaheer Syaikh dan artis Makassar bernama Filzah Burhan. Tidak berhenti sampai di situ pihak produser juga mendatangkan pemeran utama antagonis yang bernama Hans De Kraker yang berasal dari Belanda. Jika dilihat dari trailaernya film ini baru menampilkan sedikit dari kisah sejarah yang panjang antara Maipa dan Datu Museng. Di awal trailer diperlihatkan bahwa Datu museng mengawali prolog film ini dengan menampilkan lautan tenang dan kapal pinisi yang gagah berlayar menuju pulau. Datu museng menunjukkan kepada istrinya bahwa inilah tanah kelahirannya. Bagi beberapa orang yang pernah mendengar cerita Datu Museng dan Maipa Deapati paham benar bahwa film yang digarap oleh Art2tonic ini adalah hanya cuplikan kecil dari kisah sejarah. Dari trailernya dapat diasumsikan bahwa setting yang paling dominan adalah di tanag Gowa sedangkan setting yang belum digarap oleh sutradara adalah setting di tanah Sumbawa.
Menarik dan sakaligus patut diperbincangkan. Dipisahkan oleh pulau dan lautan yang luas. Kisah cinta yang kemudian hari menjadi sejarah dan diingat dengan nama jalan Maipa Deapati dan jalan Datu Museng. Tepat di depan Pantai Losari di sekitaran hotel Aryaduta. Karena ini menyangkut dua kebudayaan yang berbeda tetapi masih serumpun. Dimana beberapa pengamat seni dari Sumbawa mengatakan film ini berat sebelah. Dengan hanya menampilkan Gowa Makassar saja tanpa memberi sedikit ruang untuk Sumbawa. Jika kita kembali mengintip sedikit saja cerita di atas maka kita akan paham bahwa film ini hanya kepingan kecil dari sejarah dimana sejarah yang diceritakan oleh film ini dititik beratkan pada saat Datu Museng menuju Makassar. Hingga akhirnya si tokoh utama Datu Museng membunuh istrinya atas permintaan istrinya demi mempertahankan kehormatan istrinya. Maka dari pengertian ini tidak menutup kemungkinan bahwa producer akan membuat sekuel selanjutnya jika film ini mampu menembus pasar nasional bahkan internasional. Jadi saran saya jika ada pepatah yang mengatakan “dont judge the book by its cover”, maka dalam hal ini pepatah yang cocok adalah “dont judge the story by it movie”. Secara tidak sengaja pihak-pihak yang terlibat dalam film ini mencoba untuk mengedukasi kita bahwa kita perlu berhenti sejenak dan melirik kebelakang berusaha menyambungkan titik-titik sejarah dan menghubungkannya dengan titik-titik di masa sekarang untuk membuat titik-titik dimasa depan. Dengan adanya film ini secara tidak sengaja membuat kita untuk membuka kembali sejarah hubungan antara kedua kesultanan tersebut. Jika masih penasaran menonton film ini patut dicoba.
Writer: Pratiwi Tamrin is an ordinary creature. She is enchanted by languages, histories, and islands.
Keywords: Datu Museng dan Maipa Deapati, Gowa Makassar, Sumbawa, Film, Art2tonic.
Waktu kecil, sekitar umur lima tahun. Dia sering mengantar donat jualan ibunya ke beberapa warung di kampung halamannya tinggal, desa Ncera. Mengayuh sepeda pink tua dan reot pemberian dari kakak pertamanya. Masa kecilnya dia lalui dengan penuh keceriaan bersama teman-teman sebayanya. Dia bersama temannya terbiasa membantu orang tua di sawah dan sesekali membersihkan ladang. Jika sore dan lowong, mereka berenang di embung Ncera dan memancing ikan. Jika musim tertentu mereka mengumpulkan kemiri dan memetik jambu biji. Di hari minggu dia terbiasa jogging atau camping di dekat air terjun desa Kalemba. Dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang menyenangi pendidikan, itulah Akbar Putra. Nama pemberian ayahnya, berharap suatu saat anak laki-laki satu-satunya bisa mengayomi keluarga dan orang-orang yang sedang membutuhkan. Ayahnya menekankan dalam perilaku kesehariannya, pendidikan adalah investasi utama. Walaupun baju kita biasa saja; tak masalah. ...
Komentar
Posting Komentar