Berada di ketinggian … m diatas permukaan laut. Bukanlah hal yang berlebihan jika desa ini disebut dengan negeri di atas awan. Kabut menyelimuti desa ini. Terik matahari yang terlihat panas tidak terasa panas dan menyengat justru sebaliknya terasa dingin dan sesekali membuat kulit menggigil. Inilah sebuah desa yang terkenal dengan sebutan sambori. Desa ini sangat rapi. Rumah penduduk tertata rapi di sepanjang jalan. Desa sambori terkenal dengan rumah lengge. Menurut penuturan salah satu tokoh masyarakat yang menggagas penamaan bahasa yang digunakan oleh masyarakat kecamatan Lambitu sebagai bahasa Inge Ndai. Bahasa Inge ndai berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Bima pada umumnya. Bahasa Inge Ndai adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat kecamatan lambitu yang mendiami kaki gunung Lambitu. Topografi kecamatan ini terletak di perbukitan. Jika kita berada di desa sambori maka kita akan bisa melihat kecamatan Belo.
Sebagai seorang yang mempelajari bahasa, untuk mengatakan bahasa Inge Ndai berbeda dengan bahasa Bima. Kita memerlukan referensi yang jelas dari beberapa ilmuan yang mumpunni dibidangnya. Bahasa dapat dikatakan sebagai sebuah bahasa yang berbeda dengan bahasa lainnya. Bahasa tersebut harus memeiliki perbedaan dengan bahasa lainnya sekitar 80% hingga 90% perbedaan kosa kata. Jika dibawah 80% maka bahasa tersebut belum dapat dikatakan memiliki bahasa sendiri.
No Lexis Bahasa di Kec. Lambitu (Inge Ndai) Bahasa Bima
1 Ayam manu Janga
2 banyak ngguna Mboto
3 dengar plinga Ringa
4 diam mudu Midi
5 Di sini ndiande Ta ake
6 gunung toro Doro
7 Hati Ate Ade
8 hisap noso Noco
9 injak Ngge’e Tonda
10 ini nde Ake
Ladang Bawang Putih Khas Desa Sambori yang punya rasa unik dan pedasnya dahyat. Pada umunya masyarakat Sambori menggunakan bawang putih sebagai bahan obat selain sebagai bahan bumbu sayur
Corpuses ini saya dapatkan dari salah seorang respoden yang sedang melanjutkan kuliah di Bali. Dia berumur 18 tahun. Dan baru memulai perkuliahan disana. Jadi dapat dipastikan dia masih mengingat dengan baik korpus yang dia tulis.
Belum ada satu buku yang saya temukan menyatakan bahwa bahasa sambori adalah bahasa tersendiri yang digunakan di kecematan Lambitu. Menurut salah satu masyarakat yang bernama H. Mansyur. Beliau mengatakan bahwa, bahasa Inge Ndai merupakan bahas ayag digunakan oleh desa Sambori, Kuta, ka owa (singkatan dari tiga dusun yakni kadi, oi wau dan wadu ramba), teta, kaboro dan londu. Penamaan bahasa Inge Ndai ini merupakan gagasan dari Haji Mansyur yang hadir pada acara Ama (Aliansi masyarakat adat se Nusa Tenggara barat di Ibu Kota Propinsi Mataram). Beliau menceritakan asal usul bahasa Inge Ndai dan sejarah sambori. Beliau adalah pensiunan guru pada tahun 2000 dan menjadi guru SD pertama di desa Sambori.
this picture had been took on first respondent house. I too this pic, what does look like?
Ada satu hal yang sama dengan hasil wawancara saya di desa saya berasal yakni asal-usul sambori. Asal usul mereka berpindah di pegunungan yang berada dibawah kaki gunung lambitu adalah ada perompak yang berlayar dari laut menuju tempat yang dapat mereka jarah. Kemudian beberapa penduduk yang mengungsi menuju tempat yang aman. Saya menyatakan kepada tokoh masyarakat “jadi bukan karena takut para gadis di ambil oleh raja atau penjajah?”. Dengan tegas beliau mengatakan “bukan, masyakarakat sambori awalnya melakukan migrasi ke gunung karena mereka lari dari para perompak” tempatt tinggal mereka dulu adalah sebuah tempat yang bernama Temba Na’e kemudian mengungsi menuju Rasa Sahe ketika Rasa Sahe terasa mulai tidak aman. Penduduk Rasa Sahe mulau berpencar di daerah yang sekarang dikenal dengan desa Ncera, Nggali dan Sambori. Desa Ncera yang mereka ketahui snagat luas terbentang mulai Tonggondoa, ujung itmur ngali Hingga Diha. Sekarang desa Ncera telah terpisah-pisah membentuk desa Soki, Diha dan Lido. Ncera Na’e yang mereka ketahui dulu sekarang telah menjadi Desa Ncera.
jalanan menanjak dan berliku serta tanpa aspal menuju dusun lengge satu
Desa sambori sangat dingin, suhu udara di siang hari yang penuh terik tidak terasa pana justru masyarakat tetap memakai selimut. Haji mansyur yang saya wawancarai sedang tidur dengan selimutnya terbangun dan merasa senang diwawancarai oleh saya. Beliau mengatakan telah banyak mahasiswa yang berdatangan ke desa sambori. Diantaranya dari UI, UDAYANA, UNIBRAW, UNAIR, UNRAM apalagi STKIP BIMA. Masalahnya salah satu dari oknum mahasiswa STKIP !$!8%$& Membawa data desa Sambori dan tidak pernah mengembalikkannya. Jadi sejujurnya saya yang melakukan survey lapangan meresa kesuitan mencari pertanyaan yang tepat dan menyusun pertanyaan yang jitu. Namun walau melalui begitu banyak rintangan aku dibantu oleh asistenku tetap melakukan wawancara. Kepalaku sangat pusing menyusuri satu persatu rumah warga menaiki dan menuruni perbukitan. Yah what ever happening, the show must go on.
Survei lapangan itu sangat melelahkan, apalagi tikungan tanjakan dan turunan jalan sangat tajam.
Ketika kami sampai di desa Sambori, lelah kami terbayar oleh hamparan perbukitan dan udara sejuk setengah dingin. Anda sebaiknya mengunjungi tempat wisata ala mini. Sambori, negeri diatas awan, dengan rumah yang tertata rapi dan dan masyarakat ramah akan siap menyambut anda.
dusun Lengge Satu yang terletak di lereng kaki gunung lambitu. desa ini dikelilingi oleh bukit-bukit kecil. untuk menuju Dusun ini kita perlu melewati jalan yang belum diaspal dari arah barat. deretan sawah yang indah dan suasana yang tenang akan menyambut anda jika sampai disini.
Komentar
Posting Komentar