Waktu kecil, sekitar umur lima tahun. Dia sering mengantar donat jualan ibunya ke beberapa warung di kampung halamannya tinggal, desa Ncera. Mengayuh sepeda pink tua dan reot pemberian dari kakak pertamanya. Masa kecilnya dia lalui dengan penuh keceriaan bersama teman-teman sebayanya. Dia bersama temannya terbiasa membantu orang tua di sawah dan sesekali membersihkan ladang. Jika sore dan lowong, mereka berenang di embung Ncera dan memancing ikan. Jika musim tertentu mereka mengumpulkan kemiri dan memetik jambu biji. Di hari minggu dia terbiasa jogging atau camping di dekat air terjun desa Kalemba. Dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang menyenangi pendidikan, itulah Akbar Putra. Nama pemberian ayahnya, berharap suatu saat anak laki-laki satu-satunya bisa mengayomi keluarga dan orang-orang yang sedang membutuhkan. Ayahnya menekankan dalam perilaku kesehariannya, pendidikan adalah investasi utama. Walaupun baju kita biasa saja; tak masalah.
Pendidikan
SD-SMP ditempuh di desa Ncera, yakni SD INPRES Ncera dan SMP N 3 Belo di Desa
Ncera. Jasa dan kerja keras guru mendidik Akbar telah melatih fisik dan mental
Akbar untuk menjadi lebih tegar menghadapi ujian dan luwes menghadapi masalah.
Ketika kelas dua SMP Akbar ditinggal ayahnya tercinta, saat itu mereka hanya
berdua. Di sawah. Bayangan pembaca tidak salah. Akbar memangku ayahnya yang
sedang sekaratul maut di pematang sawah. Hanya dia, Tuhan, dan ayahnya yang
tahu apa pesan-pesan terakhir ayahnya dan percakapan mereka saat itu. 2016
tahun kelabu bagi Akbar kecil.
Kehidupan
berlanjut, Akbar memilih SMA swasta di kecamatan Woha, SMAS KAE. Harapan
terbesar dari orang tuanya dan kakak-kakaknya, agar dia dididik oleh para guru fresh
graduate. Ini berangkat dari pemahaman psikologis bahwa jika guru-guru
memperlakukan peserta didik sebagai teman bergaul maka ilmu yang mereka ajarkan
mudah dipahami dan diamalkan oleh peserta didik. Bukan rahasia umum SMA swasta
dalam beberapa keadaan, jika pengelolaannya benar dan kontinyu mampu
menghasilkan peserta didik yang berkompeten dan amanah. Tentu harapan orang
tua/wali dan guru adalah menelurkan peserta didik yang memeliki Integritas;
valid, ajeg, teliti, jujur, komitmen, dapat diandalkan dalam beberapa keadaan
penting dan mendesak.
Pada
saat SMA kelas Satu, Akbar berkesempatan menjadi anggota Pasukan Paskibraka
Kabupaten Bima, Agustus 2019. Selama SMA, dia juga masih mengabdi di SMP di
desanya dengan cara membina dan mengajarkan siswa-siswi SMP yang bertugas untuk
upacara pengerek bendera merah putih di setiap hari senin. Tentu atas izin dan
arahan dari guru-guru SMP tempat dia menempuh pendidikan sebelumnya.
Ayah
Akbar inspirasi kebaikan
Tiga
puluhan tahunan yang lalu, ayahnya juga pernah melalui kisah yang mirip. Ayah
Akbar Putra, bahkan tiga kali mengikuti tes polisi di Jakarta. Berdasarkan
penuturan nara sumber yang dirahasiakan identitasnya. Waktu itu, kakak
laki-laki ayah Akbar (ua Akbar putra) selalu mensupport Ayah Akbar Putra
untuk ikut polisi. Alhasil, luluslah ayah Akbar di tahun ketiga tes. Ya,
setelah tiga kali tes polisi. Saat itu tidak ada zoom atau youtube,
nama-nama dan nomor peserta casis Polri
di tempel di papan pengumuman. Jika ingin melihat di saat malam hari, harus
membeli korek api. Agar cahaya korek api bisa mengarahkan retina mata melihat
nama-nama calon siswa Polri. Ketika beberapa saudara laki-laki dan teman-teman
ayah Akbar melihat nama Ayah Akbar tertera; senang dan sujud syukur adalah
respon pertama mereka.
Ibaratnya
malam ini pengumuman, besok Ayah putra harus berangkat ke Makassar menempuh
pendidikan di SPN BATUA Makassar. Singkat cerita, tibalah di Makassar. Ayah
Akbar berkesempatan mengenyam pendidikan di SPN Batua bersama teman-teman
angakatan dari seluruh Indonesia. Ada satu cerita lucu yang sering diceritakan
ayah Akbar mengenang masa pendidikannya di SPN Batua.
“Dulu ada teman saya orang Jawa bertanya ke orang Bugis
“eh, apa artinya ini?”
“tidak tahu!”
Karena tidak ada yang bisa menjawab, maka dia bertanyalah ke orang
medan. Tentu orang medan tidak tahu artinya. Lalu dia menjawab
“tedoooooong” teriakannya lantang. Tertawalah satu ruangan.
Tedong adalah bahasa Toraja, terjemahannya yakni Kerbau
Dari cerita pengalaman hidup ayah Akbar, dia ingin menyiratkan
kepada anaknya bahwa mengikuti pendidikan adalah masa-masa emas dalam fase
kehidupan seseorang. Dia tidak menegaskan dengan cara menggurui, dia
menyiratkan dengan penyampaian yang santai. Dapat diterima oleh akal anak-anaknya.
Disadari atau tidak, pendidikan merupakan kekhususan bagi mereka yang tidak
hanya sekedar digariskan oleh Yang Maha Kuasa tetapi juga dijemput oleh mereka
yang memperjuangkannya. Seperti percakapan Akbar dan salah satu kakaknya selama
hari-hari menunggu sidang akhir, sebagai berikut:
“Kakak: Tawakkal, rezeki tak akan tertukar. Seperti jodoh tak akan
kemana. Bukan kayak sandal jepit yang bisa tertukar, rezeki tak akan pernah
tertukar.
Akbar: jodoh juga kalau nggak diperjuangkan, nggak akan datang.”
Kakaknya membalas dengan emot tertawa.
Pendidikan (menuntut ilmu), Jodoh, kematian, dan kehidupan adalah
rahasia. Tugas manusia memperjuangkan apa-apa yang mencocoki jiwanya. Jika
ditakdirkan, Allah approved (setujui) dan dijalankan dengan hati-hati,
mawas diri, dinikmati sebagai rahmat dan kasih sayang Allah, dan tenang.
Sejatinya, kesedihan dan kebahagiaan adalah ujian pada manusia yang hatinya
terpanggil, akalnya digunakan dengan benar dan baik.
Proses Pendaftaran Akbar
Anak yatim, tiga kakaknya perempuan yang juga berjuang untuk hidup
mereka masing-masing. Ibu hanya memiliki toko kelontong tanpa banyak sawah.
Hanya sawah satu petak untuk persediaan makan mereka setahun.
Setelah melawan keraguannya sendiri dan mendengarkan hati
nuraninya. Dukungan kakak dan doa ibu. Berbekal paket data dan uang beberapa
receh digunakan untuk pasfoto, mendaftarlah putra di Tamtama PTU Umum pada
laman resmi Polri NTB. Websitenya bisa diketik di Mbah Gugel. Setelah
proses daftar online, softfile pendaftaran online diprint out
kemudian harus dilakukan verifikasi dalam kurun hari yang telah ditentukan oleh
pihak Polri di Polres terdekat dengan domisili yang tertera dalam KTP peserta
pendaftaran Tamtama PTU Umum. Hari berikutnya setelah di verifikasi oleh pihak
Polres Kabupaten Bima di Panda, Akbar berangkat menuju Mataram. Sebelum
berangkat menuju Mataram, dia menyengajakan diri meminta nasehat petuah dan
pandangan hidup dari adik ayahnya yang ada di Sila. Nasehat-nasehat telah dia
terima. Berangkatlah dia menuju Mataram untuk menyatakan dan mewujudkan
cita-cita yang dia pendam sendiri sedari kecil, Polisi.
Beberapa tahun sebelum dia mendaftar, dia telah mempersipkan mental
dan fisik untuk memenuhi persyaratan yang dibutukan untuk menjadi polisi. Di
tahun 2017 setelah menerima uang pensiun kematian ayahnya, ibunya membelikan
dia hape baru. Biasanya anak umur 14 tahun akan menginstall games yang lebih
banyak dibanding aplikasi belajar. Tahun 2017, pandemic covid-19 bahkan belum
memperlihatkan batang hidungnya. Akbar menginstall beberapa aplikasi seperti
UUD 1945, aplikasi Pancasila dan butir-butirnya, aplikasi Pasal undang-undang
KUHP serta aplikasi senada. Suatu hari, kakaknya meminjam Hapenya dan melihat beberapa
aplikasi belajar tersebut. Di situlah kakaknya menyadari cita-cita adeknya.
Hanya diam dan harapan yang dinyatakan dalam doa. Malu, terlalu malu menyatakan
kepada orang lain. Bahkan kepada ibu mereka sendiri.
Umur Akbar 17 tahun, dia melengkapi administrasi sebagai Warga
Negara Indonesia yang baik dan benar. Dia membuat KTP, BPJS, dan hal
administrative lainnya untuk keperluan kuliah. Ibunya menyarankan kuliah,
kakaknya pun demikian. Namun kakaknya tahu apa yang diinginkan hati nuraninya.
“dek, daftar SNMPTN, daftar beasiswa X di universitas Y, dan ya
kalau masih ada waktu tahun ini daftar cita-citamu”
“tapi sudah lewat pendaftaran Tamtama Gel I”
Air mata mereka terjatuh, tanpa disadari. Pembicaraan waktu itu di
telpon, tapi magnetnya terasa dan saling terpaut dalam komunikasi telepati.
Hari berlalu, karena mereka kepo (knowing everyone
particular object), maka sesekali di waktu senggang masing-masing kakak
beradik mengecek jadwal pembukaan Tamtama selanjutnya. Kata mendiang eyang
Habibie, memontum tak akan datang dua kali. Kadang kesempatan tak datang dua
kali dalam hidup, putra mendaftar dan berangkat ke Mataram.
Di sana dia menginap di Kos salah satu teman kakak perempuannya.
Seorang mahasiswa tingkat akhir di salah satu universtas ternama dan terbaik di
Mataram. Untung, teman kakak perempuannya menerima dia dengan baik.
Om-nya di Sila selalu mengawasi Akbar dari jauh. Dia meminta anak
asuhnya untuk mengawasi, meng-coach (bimbing) Akbar selama proses pendaftaran
dari bulan April hingga Pantauan terakhir atau sidang terbuka di bulan Juli.
Adapun bentuk coach yang dilakukan oleh teman om-nya berupa: latihan tes TPA,
Tes Intelegensi (dibimbing oleh calon ilmuan psikologi pada salah satu
universitas swasta di Sumbawa), Tes Matematika (dibimbing oleh kakak sepupunya
yang merupakan tenaga pengajar terbaik dan berprestasi), Tes Bahasa Inggris
(dibimbing oleh kakaknya sendiri yang merupakan tenaga pengajar). Hingga Hari
ini 22 Juli 2021, Akbar Putra dinyatakan lulus. Allahu Akbar
sebanyak-banyaknya.
Tes fisik tentu dibimbing oleh anak asuh omnya yang merupakan
Tentara. Secara garis besar, tes masuk kepolisian dibagi menjadi dua. Tes
ketahanan otak dan ketahanan otot.
April 2021-Juli 2021 kan masa pandemic dengan ditemukan varian
delta yang mengganas, lalu bagaimana caranya mereka belajar? Zoom. Ya anda
tidak sedang salah baca, mereka belajar via zoom. Coaching fisik yang meliputi,
jump up, push up, lari, dan sebagainya tentu offline dengan bimbingan langsung
dari ahlinya.
Seperti itulah Akbar Putra dan Kemurahan hati orang-orang yang
membantunya, tentu kita tidak sedang mengatakan “hasil tak akan menghianati
usaha” tidak kita katakana “Allah yang menghendaki dan menetapkan, manusia
hanya sebatas usaha maksimal, berdoa merengek, dan meminta dengan tulus”.
Allahu Akbar. Allah Maha Besar.
Saran kakaknya
Umur muda itu privileged. Beruntunglah orang-orang yang tahu apa
yang dia mau di saat dia muda. Berarti, dia telah jujur dengan dirinya sendiri,
dia telah mampu mengidentifikasi kelemahan dan kekuatannya sendiri. Cita-cita
perlu dikatakan, harus didiskusikan dengan orang-orang terpercaya. Dalam hal ini selain keluarga intinya, Akbar
memiliki support system yang rutin dia kunjungi semenjak ayahnya meninggal, Om
Sila. Dari Om Sila, dia mendapatkan sosok ayah dalam artian yang lebih luas.
Dalam teori psikologi, ketika sosok penting dalam keluarga hilang, maka perlu
diambil alih atau digantikan oleh sosok yang mewakili ayah. Akbar, tidak
menyatakan terus terang kepada ibunya secara tersurat cita-citanya apa, namun
dia menyatakan secara tersirat. Satu langkah besar dalam hidupnya telah dia
gapai. Polisi. Selanjutnya adalah menjadi polisi yang menjalankan tugas dan
fungsi pokoknya dalam masyarakat.
Jika di masa depan setahun dua tahun setelah pendidikan.
Hitunglah,tujuh atau delapan bulan dia mengikuti pendidikan di SPN Blanting
Lombok, setahun dua tahun dia kerja. Patutlah kiranya dia kerja sambil kuliah.
Mengambil jurusan Psikologi atau Hukum di Universitas swasta terakreditasi
baik. Mengapa penting baginya pendidikan? Karena untuk menjadi manusia, ayah,
suami, dan Pembina masyarakat dibutuhkan ilmu jiwa yang benar. Di dalam ilmu
psikologi, peserta didik tidak sekedar diajarkan untuk memahami jiwa mereka
sendiri, tetapi memahami jiwa orang lain berdasarkan pola aturan tertetentu
dalam ilmu klinis dan sosial. Jika akbar tidak tertarik mempelajari Psikologi
mulai dari S1 hingga S2 sehingga bisa menjadi psikolog klinis atau PIO maka dia
bisa memilih S1 Hukum. Perlu diketahui, profesi Polisi adalah Praktisi hukum.
Jika tertarik mengambil jurusan Hukum, tentu pengamalan pancasila dan
undang-undang semakin mantap.
Saran saya pribadi, ambillah psikologi. Karena Polri membutuhkan
banyak psikolog klinis yang bisa digunakan oleh instansi polri guna memeriksa
kasus-kasus kejahatan-kejiwaan di era millennial yang semakin kompleks.
Ketika engkau telah akil baligh dan memiliki nomor rekening sendiri
maka hilanglah gelar yatimmu. Bantulah orang lain sebisamu.
If you think your dream is worth, go for it.
Jangan pernah menggadaikan cita-citamu hanya karena receh.
Ketika kau muda, kau belum tahu arti menjadi ayah. Ketika kau
dewasa kau tahu menjadi ayah adalah menjadi madrasah bagi keluargamu dan
masyarakatmu. Ingatlah perjuangan ayahmu yang memakai motor butut untuk
membiayai hidup dan pendidikan anak-anaknya.
BAARAKALLAH, SELAMAT MENJADI SISWA BARU DI SEKOLAH POLISI NEGARA DI
BLANTING LOMBOK. SEMOGA JADI POLISI YANG AMANAH, JUJUR, DAN MENDIRIKAN PESANTREN
SEPERTI CITA-CITA ALMARHUM AYAHMU SEBELUM MENINGGAL.
Komentar
Posting Komentar