Hidup itu take and give
Selayaknya bagi orang yang mendapatkan kebaikan dari siapapun patut
mengetahui cara balas budi. Balas budi itu sangat penting demi kelangsungan
hidup manusia. Kadang kita mendapatkan rezeki yang berlebihan dalam hidup ini
dan kadang kita kekurangan.
Memberi bukan berarti mengharapkan balas budi, namun member sepatutnya
diiringi dengan keikhlasan, berharap yang kita berikan bermanfaat bagi orang
yang kita berikan dimasa depan dan menutupi kesusahannya sekarang. Hidup akan
bermasalah jika kita hanya ingin terus-terus diberi oleh orang lain. Sifat ini
selain mendidik diri kita untuk terus bergantung pada orang lain, sifat ini
membuat diri semakin tidak mandiri dan mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Biasanya, orang yang memberikan kita sesuatu meminta imbalan kepada kita berupa
kesetiaan dan hal non materi yang mungkin akan berakibat fatal. Hidup sungguh
bermasalah jika kita hanya ingin diberi terus menerus, maka dari itu mulailah
mendidik diri dengan cara berpikir sehat, dan logis. Berpikir yang sehat yakni
bekerja dengan tangan sendiri, berpikir yang logis yakni tidak mudah
terpengaruh iklan-iklan yang menipu, baik dengan sms, ol, dan amplop yang
sedang marak. Imposible, dengan cara mentransfer uang sekian maka kita akan
mendapatkan sekian ratu juta. Bermohonlah kepada Allah agar diberikan rezeki
yang halal bukan kepada manusia. Hindari tontonan yang berbau rasis, mencela
sebahagian kaum. Ingat kisah katak yang mati dalam air yang dipanaskan
perlahan-lahankan?. Hidup sangat bermasalah jika kita hanya terus menerima,
tidak hanya didunia namun juga diakhirat. Ingat tidak kisah, shohih yang
diceritakan nabi mengenai orang yang terus meminta-minta kemudian setiap apa
yang ia minta itu tidak lain hanya membuat daging wajahnya terkelupas di hari
kiamat. Jadi pertanyaannya, tangan diatas atau wajah terkelupas?. Tentunya
tidak semua meminta-minta itu tercela, meminta itu dibolehkan jika keadaan kita
terjepit.
Give,
memberimu segalanya. Na loh?! Iklan?. Itu iklan sabun give tempo dulue, just
kidding. Member juga harus ada batasannya, jangan sampai karena terlalu
dermawan, kita melupakan diri kita sendiri, tawadhu bukan berarti merendahkan
diri. Tidak seperti, jika kau menamparku dipipi kanan maka aku akan
memberikanmu pipi kiriku. Lah, bull shit namanya itu. Memberi itu ibarat orang
menengadahkan tangannya yang tangannya itu tidak ia tutup rapat-rapat yang
artinya kikir dan tidak ia buka lebar yang artinya terlalu bermurah hati, dan
ia buka tangannya secukupnya sehingga air ditangannya bisa terisi. Memberi
ada adanya, bukan seadanya. Artinya benar-benar member sesuai kemampuan. Bukan
seadanya maksudnya, kita juga harus mempertimbangkan apa yang kita berikan
kepada orang lain itu layak dimakan manusia? Jangan sampai apa yang kita
berikan kepada orang lain it kita sendiri tidak mau memakannya karena tidak layak
lagi untuk dimanfaatkan.
Komentar
Posting Komentar