Roger Fowler merupakan salah seorang dari kelompok aliran Linguistik
Eropa Kontinental. Kehadiran mereka ditandai dengan munculnya buku language and
Central (1979).pendekatan yang mereka lakukan kemudian dikenal sebagai critical
Lingusitics. Critical Linguistics dikembangkan dari teori linguistic sekelompok
peneliti yang melihat bagaimana tata bahasa (grammar) tertentu menjadikan kata
tertentu (diksi) membawa implikasi dan idealogi tertentu (Darma, 2009 :89). Istilah wacana dioposisikan dengan “ideologi”. Ini banyak dilakukan oleh
para linguis kritis.
Secara tegas Roger Fowler mengemukakannya sebagai berikut:
Discourse is speech or writting seen from the
point of view of the beliefs, values and categories which it embodies; these
beliefs etc. constitute a way of looking at the world, an organization or
representation of experience—“ideology” in the neutral non-pejorative sense.
Different modes of discourse encode different representations of experience;
and the source of these representations is the communicative contextm within
which the discourse is embedded (Mills, 1997:6).
Point pentingnya
adalah sbb :
1. Wacana merupakan bahasa verbal, speech. Wacana
juga dapat berupa teks tulisan yang dibentuk dari nilai, kepercayaan dan
hal-hal lain yang membentuknya.
2. Sebagai cara pandang melihat dunia,
sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman “idiologi” dalam pandangan
netral dan tidak menyinggung.
3. Mode yang berbeda dari wacana menyandikan
perbedaan representasi dari pengalaman. Sumber dari representasi ini adalah
konteks komunikasi dalam wacana dimana dia dibentuk.
Fowler yang menekankan pada konsep “titik pandang”
terhadap perbagai hal. Seperti titik pandang pada ideologi,
politik social dan cultural. Karena para linguis kritis percaya bahwa pilihan
bahasa dibuat menurut seperangkat kendala diatas.
Berikut merupakan contoh Analisis Wacana
Kritis menurut Teori Roger Fowler pada sebuah Koran Online yang bernama
Kompas.com yang berjudul “Dihadapan ratusan Perempuan, Megawati cerita
kedekatannya dengan Susi.”
Keterangan
Bold
: diksi yang dipilih penutur dalam teks.
Bold,
Italic : diksi yang digunakan oleh press.
Dihadapan
ratusan Perempuan, Megawati cerita kedekatannya dengan Susi
JAKARTA,
KOMPAS.com - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri
mengungkapkan kedekatannya dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi
Pudjiastuti. Bagi Megawati, Susi adalah seorang menteri yang dikenal karena
kinerjanya.
"Bu Susi
yang terkenal. Kalau ketemu saya cium pipi, jadi mitra liur (teman
diskusi), terus bicara soal ikan dan laut. Saya bilang, kalau bicara itu
terus lama-lama Ibu (Susi) jadi putri duyung lho," seloroh
Megawati di awal pidatonya dalam rangka peringatan Hari Perempuan
Internasional, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Minggu (8/3/2015).
Pidato Megawati
diberi tema "Tahun Penentuan Bagi Perempuan Indonesia." Hadir dalam
acara tersebut para menteri perempuan dalam kabinet kerja, di antaranya Menteri
Kesehatan Nila F Moeloek, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansah, Menteri
Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, Menko Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Luar Negeri Retno LP Marzudi, dan Susi.
Hadir juga 300
bidan desa pegawai tidak tetap dari seluruh provinsi di Indonesia. Acara itu
diramaikan dengan pentas kesenian dan tari-tarian daerah. (baca: Megawati
Dorong Perempuan Berani Berpolitik)
Di lokasi yang
sama, Susi mengapresiasi pidato yang disampaikan Megawati. Menurut dia, pidato
tersebut dapat memberi pemahaman baru dan memberi semangat pada kaum perempuan
di Indonesia untuk berani menjalani profesi baru yang umumnya hanya dilakukan
oleh laki-laki.
"Bagus
untuk semangat para wanita dan sadar bahwa hak-hak wanita bila tidak
diperjuangkan tidak mungkin bisa didapat. Siapa yang bisa mengubah? Wanita itu
sendiri," pungkas Susi.
Menurut Fowler (dalam Eriyanto, 2006 :164) hal yang harus
diperhatika ketika menganalisis pemberitaan suatu teks adalah bahasa yang
dipakai bukanlah suatu yang netral, tetapi memilliki aspek dan atau nilai
idealogi tertentu. Permasalahannya adalah bagaimana realitas itu dibahasakan. Realitas
itu berarti bagaimana peristiwa dan actor-aktor yang terlibat didalamnya dipresentasikan.
Bahasa sebagai representasi dari realitas tersebut dapat berubah dan berbeda
sama sekali dari realitas yang sesungguhnya.
Analisis Fowler ini memusatkan perhatian pada kata dan susunan kata
atau kalimat.
1.
Pada level kata, bagaimana peristiwa dan actor-aktor
yang terlibat dalam peristiwa tersebut hendak dibahasakan. Kata-kata disini
bukan hanya penanda atau identitas tetapi dihubungkan dengan ideologi tertentu,
makna apa yang ingin dikomunikasikan kepada khalayak. Pihak atau kelompok mana
yang diuntungkan dengan memakai kata-kata tersebut dan sebaliknya.
2.
Pada Level susunan kata atau kalimat. Bagaimana
kata-kata disusun kedalam bentuk kalimat tertentu untuk dimengerti dan dipahami
semata sebagai persoalan teknis kebahasaan, tetapi pada praktik bahasa. Yang ditekankan
adalah bagaimana pola pengaturan penggabungan, penyusunan tersebut menimbulkan efek
tertentu.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan diatas
maka Koran online kompas yang berjudul “Dihadapan ratusan Perempuan,
Megawati cerita kedekatannya dengan Susi” dapat dianalisis sebagai berikut.
Kalimat diatas jika dilihat merupakan
kalimat inklusi, dimana penulis berita menyertakan pelaku (actor) yakni Ketum
DPP PDIP perjuangan Megawati Soekarno putri. Pada kalimat selanjutnya
penulis berita juga melakukan hal yang sama. Selanjutnya pada kalimat kedua, kalimat
diterangkan dengan menggunakan kalimat aktif, “susi adalah seorang menteri yang
dikenal karena kinerjanya”.
Pemilihan kata “Mitra Liur”, kemudian diterangkan
oleh redaktur dalam kurung teman diskusi merupakan hal yang bisa diambil dianalisis
sebagai bentuk kedekatan antara ibu Mega dengan Susi. Pemilihan kata “seloroh”
oleh penulis berita mengesankan bahwa berita ini hal yang santai dan tidak
seserius berita lainnya.
Pada kalimat diatas pelaku (aktor)
disertakan dengan jelas dan acara yang diadakan diberitakan dengan jelas dan hadirin
yang dianggap akan menjadi ikon dalam acara tersebut dicantumkan namanya dengan
jelas.
Kalimat ini menurut saya sebenarnya
kelanjutan dari kalimat pada paragraf sebelumnya. penulis memberikan info
tambahan dengan menambahkans asatu artikel yang dia attach dikalimat
setelahnya.
Penulis menggunakan kata “apresiasi”
daripada kata “memuji”, hal ini menandakan penulis berpikir bahwa apresiasi
lebih tepat digunakan pada forum formal dan juga pemberitaab ini tidak berniat
menonjolkan salah satu pihak secara berlebihan. Penulis menulis “dapat memberi pemahaman baru ”
daripada “meng-inspirasi”, pemahaman baru disini lebih khusus dibandingkan “menginspirasi”,
menurut saya menginspirasi masih belum mengena jika digunakan pada pemberitaan
ini. Berbeda halnya jika kita menggunakan frasa “dapat memberi pemahaman baru ”,
maka pembaca bisa mengartikannya dengan lebih sempit, kaitannya karena yang berbicara
adalah seorang menteri kelautan dan satu-satunya menteri perempuan yang bisa
memperoleh jabatan tanpa sekolah orang bisa berpersepsi bahwa untuk menjadi
menteri tidak selamanya harus laki-laki, tidak selamanya harus berpendidikan
tinggi dan sebagainya. Pemahaman baru disini dapat diartikan bahwa, untuk
menjadi menteri bisa dilakukan dengan cara ahli dibidang tersebut baik
marketingnya, administrasinya. Mengingat bahwa menteri susi pudjiastuti
merupakan mantan pengepul ikan, pendiri susi airline, pengusaha lobster dan
bisa mendidik beberapa anaknya menjadi pilot. Dia juga menjadi sorotan majalah
internasional karena usaha-usaha tersebut diatas. Walaupun beberapa pro dan kontra dimedia social
karena dia hanya lulusan SMP.
Secara keseluruhan kata yang digunakan merupakan
kata yang eksplisist, jelas, tidak ada ketaksaan makna kata. Diksi yang
digunakan baik oleh pembicara maupun oleh penulis berita menggambarkan hubungan
kedekatan antara megawati dan Susi sangat jelas. Diksi sepeti “mitra liur”, merupakan
contoh kedekatan. “Seloroh” digunakan dibanding kelekar, karen disini keadaany
adalah formal, berbeda jika dinovel maka kata yang biasa digunakan adalah “kelakar”.
Aktor pun tidak ada yang di eksplisikan, semua disebut, seperti Megawati, Susi,
para menteri perempuan dan seterusnya.
Alasan kenapa tokoh perempuan disebut
secara eksplisit, karena ini merupakan pemberitaan acara hari peringatan
perempuan internasional, dimana orang yang bisa dicontoh oleh perempuan Indonesia
yang membaca ini khususnya bisa diketahui sepak terjangnya. Latar belakangnya
dan diharapkan dengan menyertakan nama mereka secara jelas, dapat menggerakkan
perempuan lainnya untuk memberikan sumbangsih dibidang yang bermanfaat bagi
pembangunan Indonesia.
Komentar
Posting Komentar